BAB I
LATAR BELAKANG
1.1.
Latar
belakang
Pengakuan bahwa
Kristus adalah Allah merupakan bagian terpenting dalam iman Kristen. Meskipun
hal ini tidak perlu diragukan lagi namun upaya-upaya apologetik masih harus
dilakukan. Karena sampai dengan hari ini banyak sekali pandangan-pandangan yang menolak kebenaran bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan. Misalnya adalah
pandangan bahwa Yesus Kristus bukan Tuhan.
Pertanyaan
yang bernada keraguan mengenai keilahian Kristus atau masalah Kristologi sudah
ada sejak masa Kristus di dalam dunia sampai dengan sekarang. Munculnya The Davinci Code dan The Jesus Dinasty merupakan yang populer
belakangan ini. Meskipun keraguan bahkan pembuktian-pembuktian yang menyangkal
keilahian Kristus itu tidak dapat meruntuhkan keillahian Kristus, namun bagi
para pemimpin jemaat perlu memberi pemahaman yang kuat kepada jemaat mengenai
serangan-serangan yang dapat menggoyahkan kepercayaan jemaat karena belum
kuatnya pemahaman akan pribadi Yesus Kristus.
Oleh
sebab itu tulisan ini akan membantu memberi ulasan mengenai keilahian Yesus
Kristus, sehingga dapat digunakan dalam pelayanan dan mendampingi jemaat dalam
menghadapi pertanyaan keraguan tentang keilahian Kristus.
1.2.
Batasan
masalah
Tulisan
ini hanya membahas pertanyaan tentang apakah Kristus adalah Allah dan Allah
adalah Kristus.
1.3.
Sistematika
penulisan
Urutan
dalam menjelaskan “Apakah Kristus adalah Allah dan apakah Allah adalah
Kristus?”, disusun mulai dari BAB I yang berisi latarbelakang masalah,
sistimatika masalah, dan definisi istilah. BAB II adalah pembahasan apakah
Kristus adalah Allah dan apakah Allah adalah Kristus. BAB III sebagai penutup
yang berisi kesimpulan dan penerapan dari penegasan bahwa Yesus Kristus adalah
Allah dan Allah adalah Yesus Kristus.
BAB II
KRISTUS ADALAH ALLAH
dan ALLAH ADALAH
KRISTUS
2.1. Kristus adalah
Allah
Apakah Yesus Kristus adalah Allah? Seperti
telah disampaikan dalam latarbelakang bahwa persoalan tentang ke-Allah-an
Kristus atau Krostologi sudah sejak ada sejak masa Yesus Kristus sendiri.
Kemudian hal itu semakin banyak persoalan tentang ke-Allah-an Yesus Kristus.
2.1.1. Pandangan yang
mempersoalkan ke-Allah-an Kristus:
a. Adoptionisme
Aliran ini mengajarkan bahwa Anak bukanlah Allah.
Anak adalah manusia belaka, tetapi oleh karena pekerjaan-Nya maka Ia “diangkat”
(adopted) menjadi Anak oleh Allah. Ada aliran yang semacam aliran ini, yaitu Ebionitisme (dari bahasa Ibrani evyonim yang berarti “orang malang”),
yang menganggap bahwa Yesus adalah seorang Yahudi yang dipilih sebagai Mesias
oleh Allah.[1]
Nama “Yesus” dan “Kristus” itu menyatakan tugas dari
manusia Yesus. Tugas ini ialah menjadi pembebas manusia. Pembebas ini ialah
memberitakan kasih Tuhan, menjalani jalan yang sesuai dengan perintah-Nya,
menerangkan bahwa manusia tidak perlu takut terhadap hukuman sebab Allah adalah
Maha Kasih. Manusia Yesus karena menjalankan tugas dari Allah maka disebut
“Anak Allah” (adoptianisme). .[2]
b. Arianisme
Arius, pelopor aliran ini, mengatakan, “Allah Anak
adalah buah ciptaan, jadi tidak kekal.” Kalam (Firman atau Logos) bukan manusia biasa tapi juga bukan Allah. Kalam adalah
makhluk antara Allah dan manusia. Ada suatu waktu ketika kalam tidak ada, maka kemudian
Allah menciptakan sang Kalam itu. Sang Kalam itu disebut “Allah” tidaklah
mengherankan sebab dalam Alkitab kadang-kadang manusia pun disebut “allah”
(Kel. 7:1, 1 Sam. 2:25, Maz. 82:1). Ajaran Arius sekarang diteruskan oleh
Saksi-saksi Yehovah.[3]
c. Socianisme
Aliran ini menyangkal pra-eksistensi Anak. Para
pendukung aliran ini mengajarkan bahwa Kristus adalah manusia biasa meskipun Ia
dipenuhi Roh Kudus, memiliki pengetahuan Allah, dari pada saat kenaikan-Nya
menerima kekuasaan atas segala sesuatu.[4]
Perjanjian Baru memberi kesaksian bahwa Allah telah mendatangi manusia
dalam kedatangan Yesus Kristus; dan
sebaliknya, di dalam manusia Yesus orang Nazaret itu, manusia berjumpa dengan Allah sendiri. Kebenaran itu seakan-akan
disampaikan kepada manusia melalui suatu garis “dari bawah ke atas” dan melalui
garis “dari atas ke bawah”. Garis pertama dapat dilihat dalam Injil-injil
sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Para penulis Injil seolah-olah mulai dengan
menceritakan tentang Yesus orang Nazaret itu tentang perkataan-Nya dan tentang
perbuatan-perbuatan-Nya. Dalam menunjuk kepada manusia Yesus orang Nazaret itu,
mereka mengaku dan mengajak untuk mengaku: Yesus orang Nazaret, anak Yusuf dan
Maria itu, Dialah Mesias (=Kristus yang telah dijanjikan oleh Allah dan kini
diberikan kepada manusia, bahkan di dalam manusia
Yesus ini kita berjumpa dengan Allah sendiri (garis “dari bawah ke
atas”). Inilah yang ditemukan oleh Petrus (artinya yang dianyatakan kepadanya
oleh Allah sendiri): “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat.
16:16). [5]
Injil Yohanes seolah-olah mulai “dari atas ke bawah”: apabila kita mau
berjumpa dengan Allah, maka haruslah kita memandang kepada manusia Yesus orang
Nazaret ini; percaya kepada Allah berarti menyambut Yesus ini; sebab…Allah telah menjadi manusia! Firman Allah telah menjadi manusia dalam munculnya Yesus
Kristus (Yoh. 1:14). Firman itu telah ada pada mulanya, Firman itu bersama-sama
dengan Allah, Firman itu adalah Allah (Yoh.1:1). Siapa yang mau mendengarkan
Firman Allah itu, ia harus mendengarkan, memandang kepada Yesus. Sebab Firman
yang satu sudah menjadi manusia. Dan walaupun Tuhan telah menjadi manusia,
tetaplah Ia Tuhan (Yoh. 1:14).[6]
Kristus sebagai Tuhan dapa dilihat
dari sebutannya Kyrios. Kata Yunani Kyrios berarti: orang yang berkuasa atas
sesuatu atau seseorang, berdasarkan haknya yang sah; orang yang mempunyai kuasa
penuh atas miliknya sendiri. Kata Kyrios dipakai
dalam Perjanjian Baru sebagai gelar untuk Yesus Kristus. Dalam Roma 14:9
terdapat kata kerja Yunani yang diturunkan dari gelar “Kyrios”, yakni
“kyrieu-ein” (=menjadi Kyrios, bertindak sebagai Kyrios). Dalam ayat itu
katakerja diterjemahkan dengan “memerintah sebagai Tuhan atas”. Kata “Tuhan”
sebagai terjemahan Kyrios bermaksud
menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Dia yang mempunyai kewibawaan dan kuasa
penuh, Dia yang memerintah, Dia yang adalah penguasa.[7]
Pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan, tentulah menitikberatkan ke-Ilahian
Kristus dan menegaskan sekali lagi bahwa Ia sungguh-sungguh Allah. Dalam
terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta, abad 3 sM),
nama Allah (Yahweh-Adonai) telah diterjemahkan dengan Kyrios. Jadi kemudian di kalangan Kristen kata “Kyrios” itu
dipergunakan, baik sebagai gelar Yesus
Kristus maupun terjemahan nama Yahweh.
Jelas sekali bahwa sejak semula Gereja Kristen mengikrarkan keesaan Yesus Kristus dengan Allah Bapa,
Allahnya orang Israel. Di dalam hakekat Allah yang esa itu Yesus Kristus adalah
“Anak Allah”, yang bersama-sama dengan Bapa serta Roh Kudus hidup dan
memerintah dari kekal sampai kekal.[8]
2.1.2. Bukti-bukti
Yesus Kristus adalah Tuhan
Yesus Kristus mengklaim sendiri secara konsisten, bahwa Dialah Tuhan
dengan menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh Perjanjian Lama. Berkali-kali Ia
menggunakan ungkapan “Ego Eimi” yang berarti “Aku adalah Yang Ada,” atau
seperti yang diterjemahkan “Akulah Dia” (Yoh. 8:24,28), dan “Aku Ada” (Yoh.
8:58). Ungkapan Yunani ini merupakan terjemahan langsung dari istilah bahasa
Ibrani Yahweh, yaitu nama Allah dalam Perjanjian Lama. Pengulangan pemakaian
panggilan ini oleh Yesus meyakinkan kita, Yesus memproklamirkan secara tegas
bahwa diri-Nya adalah Tuhan Allah.[9]
a. Ia Kekal
Yesus Kristus adalah Tuhan karena Ia kekal. Ia dahulu sudah ada selalu
ada, dan tidak pernah tidak ada. Pembatasan dalam hal pemanifestasian dan
pemanfaatan, sifat-sifat ke-Tuhan-an-Nya waktu penjelmaan-Nya merupakan cara
pendekatan unik yang dipilih-Nya untuk menyelamatkan manusia. Jadi ia bukanlah
manusia istimewa yang memenuhi persyaratan ke-Allah-an sehingga dipromosikan ke
status Tuhan. Ia adalah Tuhan Allah sendiri yang “menghampakan” diri-Nya,
mengambil ujud manusia (Fil. 2:6-8).
Jauh sebelum penjelmaan-Nya, para nabi menubuatkan bahwa Ia kekal. Yesaya
menyatakan, bahwa Ia adalah Bapa kekekalan (Abi-Ad) yang berarti Ia kekal dan
penguasa kekekalan (Yes. 9:5). Nabi Mikha menyatakan bahwa keberadaan-Nya
berasal dari kekekalan (Mikha 5:1). Yohanes menyatakan kekekalam Kristus dengan
menyatakan “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1). Kata-kata “pada mulanya” diterjemahkan
dari ungkapan kata-kata bahasa Yunani “en” yang berarti “ di dalam” atau
“pada”, dan “arkhe” yang berarti “purbakala,” (tanpa artikel) maka ini berarti
purbakala itu tak terbatas (timeless existence). Ditambah dengan penggunaan
bentuk “imperfect” yaitu keteranga waktu “past continuous” bagi kata “adalah”
(en), maka jelas bahwa yang dimaksudkan adalah masa lampau yang tak terbatas
atau kekekalan masa lampau. Kata “bersama-sama dengan” berasal dari kata “pros”
(face to face) yang dalam pikiran Yunani berarti satu kesatuan, menunjukkan
bahwa Yesus Kristus yang adalah Firman itu bukan saja ada terus menerus di masa
lampau yang tak terbatas (kekal), juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah.
Ungkapan yang menarik dari pernyataan Yesus Kristus adalah “Aku berkata
kepadamu sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (Yoh. 8:58).[10]
b. Ia Maha Suci
Yesus Kristus itu Tuhan karena Ia adalah yang maha
kudus tanpa dosa. Ia Allah – Manusia sejati yang pernah “dicobai tetapi tidak
berbuat dosa” (Ibr. 4:15). Ia menantang musuh-musuh-Nya untuk menunjukkan
kesalahan dan dosa-dosa-Nya dengan berkata, “Siapakah diantaramu yang
membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yoh. 8:46). Yohanes juga mengatakan, “Dan
kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya. Supaya Ia menghapus segala dosa,
dan di dalam Dia tidak ada dosa” (1 Yoh. 3:5).[11]
c. Ia Maha Kuasa
Yesus Kristus menyatakan sendiri bahwa kepada-Nya
“telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi” (Mat. 28:18). Ia berkuasa
menyatakan secara langsung apa yang ada di dalam hati manusia (Yoh. 2:25).
Ia berkuasa atas alam roh. Ia menyatakan diri-Nya
sebagai Tuhan dari isi surga. Malaikat-malaikat berada dalam kekuasaan-Nya
(Mat. 13:41; 16:27).
Ia berkuasa atas setan-setan (Mark. 5:11-15),
penyakit (Luk. 4:38-44), kematian (Mat. 9:18-25; Luk. 7:12-16. dll.). Roh-roh
jahat, dan laskar kegelapan tunduk kepada-Nya. Tidak kurang dari tiga puluh
lima roh perbuatan mujizat Yesus Kristus dicatat dalam Injil-injil. Semua
mujizat itu diadakan untuk membuktikan bahwa Ia adalah Tuhan. Ia berkuasa atas
penyakit dan alam semesta.[12]
d. Ia Maha Tahu
Yesus Kristus adalah Tuhan karena Ia memiliki sifat
maha tahu, suatu sifat yang hanya dimiliki oleh Allah. Yesus tahu segala
sesuatu (Yoh. 16:30; 21:17). Beberapa contoh tentang kemahatahuan-Nya diuraikan
dalam kitab-kitab Injil. Ia mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia (Yoh.
2:24-25), Ia mengetahui riwayat hidup perempuan Samaria (Yoh. 4:29), pikiran
manusia (Lukas 6:8; 11:17), waktu dan cara-Nya meninggalkan dunia ini (Mat.
16:21; Yoh. 12:33; 13:1), Ia juga tahu siapa yang akan mengkhianati-Nya (Yoh.
6:70-71), serta keadaan dan akhirnya zaman ini (Mat. 24, 25). Ia mengenal Bapa
dengan sangat akrab dan tak seorang pun yang dapat mengenal Bapa seperti itu
(Mat. 11:27).[13]
e. Ia Maha Hadir
Yesus itu Tuhan karena Ia maha hadir. Ia menjanjikan
kemahahadiran-Nya itu kepada pembawa-pembawa berita Injil (Mat. 28:20). Ia
berjanji memenuhi semua orang percaya di segala tempat, hal yang hanya mungkin
terjadi apabila Ia maha hadir (Yoh. 14:18, 20, 23).[14]
2.1.3. Pentingnya keilahian Kristus.[15]
a. Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.
Ini penting karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa satu kali saja,
maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.
b. Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai
penebusan yang tak terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka
paling-paling kematianNya hanya bisa menebus seorang manusia. Bahkan sebetulnya
tidak ada manusia bisa menebus manusia yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Maz
49:8-9. Tetapi karena dalam Kitab Suci bahasa Indonesia ada kesalahan
penterjemahan, maka di sini saya memberikan terjemahan NIV.
Ps 49:6-7 (NIV): "No man can redeem the life of
another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no
payment is ever enough" (= tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa
orang lain, atau mem-berikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk
suatu nyawa sa-ngat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
c. Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia
kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus hanya seorang manusia
biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka Allah jelas
telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena dosa orang
lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap adil, karena
pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada hakekatnya Ia
menimpakan hukuman itu kepada diri-Nya sendiri.
2.1.4. Kesaksian
mengenai realitas Kristus
Kesaksian yang
teragung dari semua bukti eksistensi dan realitas yang Mahatinggi adalah wahyu
Allah di dalam Yesus Kristus. “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat
Bapa” (Yoh. 14:9). Kristus adalah Allah yang dapat dilihat, Allah yang dapat
disentuh, Allah yang hidup, Allah yang berinkarnasi. Yesus adalah Tuhan kita.
Satu fakta terbesar
yang tidak dapat disangkal di sepanjang masa adalah Yesus Tuhan kita. Dunia
tidak dapat menguburnya, bumi tidak cukup dalam untuk mengubur-Nya, awan tidak
cukup lebar untuk menyelimuti-Nya, dan batu karang tidak cukup besar untuk
menutupi kubur-Nya. Ia bangkit, Dia hidup, Dia naik ke Sorga. Dia adalah agung.
Dia berdiri di antara sejarah manusia. Sebelum Dia disebut tahun-tahun B.C.
(Before Christ atau sebelum Kristus), dan setelah Dia datang disebut tahun-tahun
A.D. atau anno Domini, atau tahun Tuhan kita. Kelahiran dan kematian-Nya
merupakan pusat dari alam semesta. Bangsa-bangsa di Barat menulis dari kiri ke
kanan, namun bangsa-bangsa Timur menulis dari kanan ke kiri, dan di tengah
adalah Dia, Dia adalah pusatnya. Ia adalah Allah yang menyatakan diri-Nya.[16]
“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan,…” (Kol.
1:15).
“Sebab dalam Dialah
berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol. 2:9)
“Ia adalah cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibr. 1:3).
“…Barangsiapa telah
melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh.14:9).
Mengenal Yesus sama
dengan mengenal Allah; mengasihi Yesus sama dengan mengasihi Allah; menyembah
Yesus sama dengan menyembah Allah; bersujud kepada Kristus sama dengan bersujud
kepada Allah. Ia adalah Allah yang dapat dikenal dan diraba. Ia adalah
manifestasi Allah yang berpribadi kepada kita.
2.2.
Allah adalah Kristus
Siapakah Allah? Bagaimanakah Allah itu? Manusia telah mengenal Allah ,
sebab Allah telah menyatakan Diri; dan Allah adalah sebagaimana Ia telah
menyatakan Diri, sebab dalam Yesus Kristus benar-benar Ia telah menyatakan Diri
sendiri. Allah sudah menyatakan Diri dalam kedatangan Yesus Kristus; dan oleh
Roh Kudus Ia membuat kita mengenal Dia.[17]
2.2.1. Alasan Inkarnasi
Mengapa Allah harus menyatakan
diri-Nya sendiri di dalam ciptaan?. Karena tidak ada seorangpun yang dapat
melihat Allah dan dapat hidup. Yohanes menulis tentang itu, “Tidak seorangpun
yang pernah melihat Allah” (Yoh. 1:18). Pikiran kita tidak dapat diisi dengan
apa yang melampaui pikiran kita. Otak kita tidak akan memuatnya! Perasaan kita tidak
dapat tahan menerima Allah yang Mahakuasa. Natur kita yang penuh dosa tidak
dapat mendekati hadirat Allah yang Mahakudus. Dalam Keluaran 33, Musa berkata,
“Allah ijinkan aku melihat Engkau.” Dan Allah menjawabnya:[18]
“Lagi
firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang
memandang Aku dapat hidup.” Berfirmanlah TUHAN: “Ada suatu tempat dekat-Ku, di
mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka
Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung
itu
dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat.
Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi
wajah-Ku tidak akan kelihatan” (Kel.33:20-23).
Karena manusia tidak mampu melihat Allah karena manusia
telah berdosa yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Semua manusia di
muka bumi ini tidak luput dari dosa. Rasul Paulus dalam surat Roma 3: 9-20
menyatakan bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak berdosa (ay.10 bdn. ay.
23). Keberdosaannya terlihat ketika manusia tidak mencari Allah; menyeleweng
dari kebenaran, tidak berbuat baik, kata-kata mereka penuh dengan tipu daya dan
sumpah serapah, cepat menumpahkan darah, tidak takut kepada Allah, dll. (ay.
11-18).
Dalam keadaan yang berdosa, maka manusia tidak bisa
menghapus dosanya dan menyelamatkan dirinya dari maut yang adalah upah dari
dosa (Roma 6:23). Seumpama gambar yang sudah rusak sama sekali dan tidak seorang
pun yang dapat memperbaikinya. Begitulah manusia adanya. Bukan cuma maut yang
harus ditang gung oleh manusia, tetapi kesendirian, ketakutan dan kesulitan
mengendalikan napsu dan keinginan menjadi bagian dari hidup manusia sampai saat
ini.
Oleh karena itu sejak awal kejatuhan manusia, Allah
telah berencana menyelamatkan manusia. Hanya Allah saja yang mampu
menyelamatkan manusia! Berbagai strategi dalam menyelamatkan manusia telah
dilakukan Allah. Mulai dari re-kreasi (penciptaan kembali) kehidupan melalui
peristiwa air bah dan bahtera Nuh, pemanggilan Abraham dan pemilihan Israel
sebagai bangsa pilihan yang dibebaskan-Nya dari penjajahan Mesir, memilih raja,
bahkan mengirimkan nabi-nabinya. Namun semua cara itu ternyata tidak membuat
tersambungnya hubungan Allah dengan manusia. Manusia tetap berkubang dan
terbelenggu dalam dosa. Allah turun ke dalam dunia menjadi manusia Yesus (inkarnasi)
untuk menyelamatkan manusia berdosa.
Allah menyatakan diri-Nya dengan menjadi manusia mempresentasikan
diri-Nya sendiri dengan mengenakan daging manusiawi pada diri-Nya sendiri.
Mujizat yang paling agung dari semua mujizat yang Tuhan Allah buat adalah bahwa
Ia sendiri datang menjadi manusia. Itu adalah kebenaran yang melampaui pikiran
kita untuk dapat kita pahami. Misteri kebaikan-Nya adalah bahwa Allah
menyatakan diri di dalam daging (Yoh. 1:1,14).[19]
2.2.2. Bukti Inkarnasi
Alkitab
mengajarkan dengan jelas, baik secara nubuat mapun melalui kenyataan, bahwa
Yehova dalam Perjanjian Lama menjelma menjadi Yesus Kristus, Mesias (Kej. 3:15;
Ul. 18:18; Yes. 9:5; Mat. 1:18-25; Luk. 1:26-35; Yoh. 1:14; Kis. 10:38; Rom.
3,4; Gal 4:4; 1 Tim 3:16; Ibr. 2:14).[20]
2.2.3. Relasi di dalam
Allah Tritunggal
Sebagian orang menolak doktrin Allah
Tritunggal karena menurut mereka hal itu tidak logis. Namun demikian, banyak
ahli yang berpendapat justru pemahaman kepada doktrin tersebut sungguh-sungguh
logis. Sebagai contoh, bapak Gereja, Augustinus, theolog yang sangat dikagumi
dan berpengaruh di zamannya menegaskan bahwa hal itu sesuai dengan ajaran
Alkitab bahwa “Allah itu adalah kasih”. Menurut Augustinus, bagaimanakah kita
memahami Allah yang adalah kasih tanpa adanya sifat kejamakan di dalam diri
Allah? Kasih memerlukan subjek dan objek. Sebelum Allah menciptakan segala
sesuatu, termasuk malaikat-malaikat dan manusia, Allah mengasihi siapa/apa? Hal
ini menjadi kesulitan bagi mereka yang menolak adanya oknum lain di luar diri
Allah (YHWH). Tetapi bagi mereka yang menerima doktrin Allah Tritunggal, hal
itu tidak masalah, karena Bapa mengasihi Anak, Anak mengasihi Roh, dan
seterusnya. Pengenalan kepada self-sufficient
and self-dependent God membuat kita dapat memahami bahwa Allah cukup dengan
diri-Nya sendiri dan tidak bergantung kepada siapapun. Karena itu, Allah dapat
mengungkapkan kasih-Nya tanpa adanya satu eksistensi (keberadaan) di luar diri-Nya.
Demikian juga, pemahaman kepada
Allah yang hidup dan yang bersabda “the living and speaking God” membuat kita memikirkan
perlunya ada komunikasi yang di dalamnya ada subjek dan objek, karena
bagaimanakah oknum yang satu dapat berkomunikasi? Atau Dia menjadi Allah yang
bisu dan kesepian sebelum Dia menciptakan sesuatu? Tentu saja tidak. Pemahaman
kepada Allah Tritunggal akan menolong mengatasi hal itu. Alkitab menegaskan
bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, Allah telah berkomunikasi dengan
diriNya: “Marilah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa KITA”
(Kej.1:26).[21]
BAB III
P E N U T U P
Mempercayai bahwa
Yesus Kristus adalah Allah yang telah menjadi manusia (inkarnasi) dan telah
mati di kayu salib demi menebus dosa manusia dibutuhkan anugerah Allah.
Ke-Allah-an Kristus sudah sangat teruji dan terbukti sejak kelahiran-Nya sampai
dengan sekarang.
Aniaya
dan upaya-upaya menghilangkan ajaran serta pengikut Kristus sudah terbukti
tidak bisa, Buku-buku best seller semacam The
Davinci Code dan The Jesus Dinasty
hanya populer saja tapi tidak dapat meruntuhkan iman percaya orang Kristen,
yang mempercayai Yesus Kristus adalah Allah. Oleh karena itu tidak ada alasan
untuk kita yang sudah mempercayai-Nya sebagai Tuhan Penyelamat manusia untuk
meninggalkan iman.
"Dan inilah kesaksian itu: Allah telah
mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.
Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak,
ia tidak memiliki hidup." (1 Yoh. 5:11-12)
DAFTAR PUSTAKA
Brill, J. Wesley,
Dasar yang Teguh, Bandung: Kalam Hidup 1994
Criswell, W.A., dan Purwanto, Eddy Peter, Pencipta &
Penebus: Teologi & Kristologi, Tanggerang: STTIP, 2006
C. Thiessen, Henry, Teologi
Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1992
Indra, Ichwei G., Allah
–Manusia Sejati, Studi Ringkas Kristologi, Semarang: Pelayanan Kristen
Mandiri “Mikhael”.
Marantika,
Chris (ed.), Yesus Kristus: Allah,
Manusia Sejati, Surabaya: PASTI dan YAKIN
Niftrik,
G.C., van, dan Boland, B.J., Dogmatika
Masakini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987
Soedarmo,
R. , Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1989
http://www.mangapulsagala.com/articles.php?cat_id=10, diakses pada 11 Februari 2011
http://www.golgothaministry.org/christology/christology
02.htm, diakses pada 11 Februari 2011
[1] Ichwei G. Indra, Allah –Manusia Sejati, Studi Ringkas Kristologi, (Pelayanan Kristen
Mandiri “Mikhael”, Semarang), 7;
[2] R. Soedarmo, Ikhtisar
Dogmatika, (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1989), 160
[3] Indra, 8
[4] Ibid, 8
[5] G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masakini, (BPK Gunung Mulia,
Jakarta, 1987), 187.
[6] Ibid, 187-188
[7] G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masakini, (BPK Gunung Mulia,
Jakarta, 1987), 212-214
[8] Ibid, 223
[9] Chris Marantika, Yesus
Kristus: Allah, Manusia Sejati, (PASTI dan YAKIN, Surabaya), 15
[10] Ibid, 15-16, Lihat juga Henry C.
Thiessen (direvisi oleh Vernon D. Doerksen), Teologi Sistematika, (Gandum Mas, Malang, 1992), 142
[11] Marantika, 16-17
[12] Marantika, 18-19; Thiesssen, 143
[13] Marantika, 19; Thiesssen, 142
[14] Marantika, 20
[15] Diunduh dari http://www.golgothaministry.org/christology/christology_02.htm, diakses pada 11 Februari 2011
[16] W.A. Criswell dan Eddy Peter Purwanto, Pencipta & Penebus: Teologi &
Kristologi, (STTIP, Tanggerang, 2006), 11-12
[17]
G.C. van Niftrik dan B.J.
Boland, Dogmatika Masakini, (BPK
Gunung Mulia, Jakarta, 1987), 81
[18]
Ibid, 20
[19]
W.A.
Criswell dan Eddy Peter Purwanto,
Pencipta & Penebus: Teologi & Kristologi, (STTIP, Tanggerang,
2006), 20-21
[20] J. Wesley Brill, Dasar yang Teguh, (Kalam Hidup, Bandung, 1994), 77
[21]
Diunduh dari http://www.mangapulsagala.com/articles.php?cat_id=10,
diakses pada 11 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar