Selasa, 09 April 2013

APAKAH KRISTUS ADALAH ALLAH ?



BAB I
LATAR BELAKANG



1.1.        Latar belakang
Pengakuan bahwa Kristus adalah Allah merupakan bagian terpenting dalam iman Kristen. Meskipun hal ini tidak perlu diragukan lagi namun upaya-upaya apologetik masih harus dilakukan. Karena sampai dengan hari ini banyak sekali pandangan-pandangan yang menolak kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.  Misalnya adalah pandangan bahwa Yesus Kristus bukan Tuhan.
Pertanyaan yang bernada keraguan mengenai keilahian Kristus atau masalah Kristologi sudah ada sejak masa Kristus di dalam dunia sampai dengan sekarang. Munculnya The Davinci Code dan The Jesus Dinasty merupakan yang populer belakangan ini. Meskipun keraguan bahkan pembuktian-pembuktian yang menyangkal keilahian Kristus itu tidak dapat meruntuhkan keillahian Kristus, namun bagi para pemimpin jemaat perlu memberi pemahaman yang kuat kepada jemaat mengenai serangan-serangan yang dapat menggoyahkan kepercayaan jemaat karena belum kuatnya pemahaman akan pribadi Yesus Kristus.
Oleh sebab itu tulisan ini akan membantu memberi ulasan mengenai keilahian Yesus Kristus, sehingga dapat digunakan dalam pelayanan dan mendampingi jemaat dalam menghadapi pertanyaan keraguan tentang keilahian Kristus.

1.2.        Batasan masalah
Tulisan ini hanya membahas pertanyaan tentang apakah Kristus adalah Allah dan Allah adalah Kristus.

1.3.        Sistematika penulisan
Urutan dalam menjelaskan “Apakah Kristus adalah Allah dan apakah Allah adalah Kristus?”, disusun mulai dari BAB I yang berisi latarbelakang masalah, sistimatika masalah, dan definisi istilah. BAB II adalah pembahasan apakah Kristus adalah Allah dan apakah Allah adalah Kristus. BAB III sebagai penutup yang berisi kesimpulan dan penerapan dari penegasan bahwa Yesus Kristus adalah Allah dan Allah adalah Yesus Kristus.



BAB II
KRISTUS ADALAH ALLAH
dan ALLAH ADALAH KRISTUS



2.1. Kristus adalah Allah
            Apakah Yesus Kristus adalah Allah? Seperti telah disampaikan dalam latarbelakang bahwa persoalan tentang ke-Allah-an Kristus atau Krostologi sudah sejak ada sejak masa Yesus Kristus sendiri. Kemudian hal itu semakin banyak persoalan tentang ke-Allah-an Yesus Kristus.

2.1.1. Pandangan yang mempersoalkan ke-Allah-an Kristus:
                                                                                  
a.    Adoptionisme
Aliran ini mengajarkan bahwa Anak bukanlah Allah. Anak adalah manusia belaka, tetapi oleh karena pekerjaan-Nya maka Ia “diangkat” (adopted) menjadi Anak oleh Allah. Ada aliran yang semacam aliran ini, yaitu Ebionitisme (dari bahasa Ibrani evyonim yang berarti “orang malang”), yang menganggap bahwa Yesus adalah seorang Yahudi yang dipilih sebagai Mesias oleh Allah.[1]
Nama “Yesus” dan “Kristus” itu menyatakan tugas dari manusia Yesus. Tugas ini ialah menjadi pembebas manusia. Pembebas ini ialah memberitakan kasih Tuhan, menjalani jalan yang sesuai dengan perintah-Nya, menerangkan bahwa manusia tidak perlu takut terhadap hukuman sebab Allah adalah Maha Kasih. Manusia Yesus karena menjalankan tugas dari Allah maka disebut “Anak Allah” (adoptianisme). .[2] 

b.    Arianisme
Arius, pelopor aliran ini, mengatakan, “Allah Anak adalah buah ciptaan, jadi tidak kekal.” Kalam (Firman atau Logos) bukan manusia biasa tapi juga bukan Allah. Kalam adalah makhluk antara Allah dan manusia. Ada suatu waktu ketika kalam tidak ada, maka kemudian Allah menciptakan sang Kalam itu. Sang Kalam itu disebut “Allah” tidaklah mengherankan sebab dalam Alkitab kadang-kadang manusia pun disebut “allah” (Kel. 7:1, 1 Sam. 2:25, Maz. 82:1). Ajaran Arius sekarang diteruskan oleh Saksi-saksi Yehovah.[3]


c.    Socianisme
Aliran ini menyangkal pra-eksistensi Anak. Para pendukung aliran ini mengajarkan bahwa Kristus adalah manusia biasa meskipun Ia dipenuhi Roh Kudus, memiliki pengetahuan Allah, dari pada saat kenaikan-Nya menerima kekuasaan atas segala sesuatu.[4]

Perjanjian Baru memberi kesaksian bahwa Allah telah mendatangi manusia dalam kedatangan Yesus Kristus; dan sebaliknya, di dalam manusia Yesus orang Nazaret itu, manusia berjumpa dengan Allah sendiri. Kebenaran itu seakan-akan disampaikan kepada manusia melalui suatu garis “dari bawah ke atas” dan melalui garis “dari atas ke bawah”. Garis pertama dapat dilihat dalam Injil-injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Para penulis Injil seolah-olah mulai dengan menceritakan tentang Yesus orang Nazaret itu tentang perkataan-Nya dan tentang perbuatan-perbuatan-Nya. Dalam menunjuk kepada manusia Yesus orang Nazaret itu, mereka mengaku dan mengajak untuk mengaku: Yesus orang Nazaret, anak Yusuf dan Maria itu, Dialah Mesias (=Kristus yang telah dijanjikan oleh Allah dan kini diberikan kepada manusia, bahkan di dalam manusia Yesus ini kita berjumpa dengan Allah sendiri (garis “dari bawah ke atas”). Inilah yang ditemukan oleh Petrus (artinya yang dianyatakan kepadanya oleh Allah sendiri): “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat. 16:16). [5]
Injil Yohanes seolah-olah mulai “dari atas ke bawah”: apabila kita mau berjumpa dengan Allah, maka haruslah kita memandang kepada manusia Yesus orang Nazaret ini; percaya kepada Allah berarti menyambut Yesus ini; sebab…Allah telah menjadi manusia! Firman Allah telah menjadi manusia dalam munculnya Yesus Kristus (Yoh. 1:14). Firman itu telah ada pada mulanya, Firman itu bersama-sama dengan Allah, Firman itu adalah Allah (Yoh.1:1). Siapa yang mau mendengarkan Firman Allah itu, ia harus mendengarkan, memandang kepada Yesus. Sebab Firman yang satu sudah menjadi manusia. Dan walaupun Tuhan telah menjadi manusia, tetaplah Ia Tuhan (Yoh. 1:14).[6]
            Kristus sebagai Tuhan dapa dilihat dari sebutannya Kyrios. Kata Yunani Kyrios berarti: orang yang berkuasa atas sesuatu atau seseorang, berdasarkan haknya yang sah; orang yang mempunyai kuasa penuh atas miliknya sendiri. Kata Kyrios dipakai dalam Perjanjian Baru sebagai gelar untuk Yesus Kristus. Dalam Roma 14:9 terdapat kata kerja Yunani yang diturunkan dari gelar “Kyrios”, yakni “kyrieu-ein” (=menjadi Kyrios, bertindak sebagai Kyrios). Dalam ayat itu katakerja diterjemahkan dengan “memerintah sebagai Tuhan atas”. Kata “Tuhan” sebagai terjemahan Kyrios bermaksud menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Dia yang mempunyai kewibawaan dan kuasa penuh, Dia yang memerintah, Dia yang adalah penguasa.[7]
            Pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, tentulah menitikberatkan ke-Ilahian Kristus dan menegaskan sekali lagi bahwa Ia sungguh-sungguh Allah. Dalam terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta, abad 3 sM), nama Allah (Yahweh-Adonai) telah diterjemahkan dengan Kyrios. Jadi kemudian di kalangan Kristen kata “Kyrios” itu dipergunakan, baik sebagai gelar Yesus Kristus maupun terjemahan nama Yahweh. Jelas sekali bahwa sejak semula Gereja Kristen mengikrarkan keesaan Yesus Kristus dengan Allah Bapa, Allahnya orang Israel. Di dalam hakekat Allah yang esa itu Yesus Kristus adalah “Anak Allah”, yang bersama-sama dengan Bapa serta Roh Kudus hidup dan memerintah dari kekal sampai kekal.[8]

2.1.2. Bukti-bukti Yesus Kristus adalah Tuhan
Yesus Kristus mengklaim sendiri secara konsisten, bahwa Dialah Tuhan dengan menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh Perjanjian Lama. Berkali-kali Ia menggunakan ungkapan “Ego Eimi” yang berarti “Aku adalah Yang Ada,” atau seperti yang diterjemahkan “Akulah Dia” (Yoh. 8:24,28), dan “Aku Ada” (Yoh. 8:58). Ungkapan Yunani ini merupakan terjemahan langsung dari istilah bahasa Ibrani Yahweh, yaitu nama Allah dalam Perjanjian Lama. Pengulangan pemakaian panggilan ini oleh Yesus meyakinkan kita, Yesus memproklamirkan secara tegas bahwa diri-Nya adalah Tuhan Allah.[9]

a.    Ia Kekal
Yesus Kristus adalah Tuhan karena Ia kekal. Ia dahulu sudah ada selalu ada, dan tidak pernah tidak ada. Pembatasan dalam hal pemanifestasian dan pemanfaatan, sifat-sifat ke-Tuhan-an-Nya waktu penjelmaan-Nya merupakan cara pendekatan unik yang dipilih-Nya untuk menyelamatkan manusia. Jadi ia bukanlah manusia istimewa yang memenuhi persyaratan ke-Allah-an sehingga dipromosikan ke status Tuhan. Ia adalah Tuhan Allah sendiri yang “menghampakan” diri-Nya, mengambil ujud manusia (Fil. 2:6-8).
Jauh sebelum penjelmaan-Nya, para nabi menubuatkan bahwa Ia kekal. Yesaya menyatakan, bahwa Ia adalah Bapa kekekalan (Abi-Ad) yang berarti Ia kekal dan penguasa kekekalan (Yes. 9:5). Nabi Mikha menyatakan bahwa keberadaan-Nya berasal dari kekekalan (Mikha 5:1). Yohanes menyatakan kekekalam Kristus dengan menyatakan “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1). Kata-kata “pada mulanya” diterjemahkan dari ungkapan kata-kata bahasa Yunani “en” yang berarti “ di dalam” atau “pada”, dan “arkhe” yang berarti “purbakala,” (tanpa artikel) maka ini berarti purbakala itu tak terbatas (timeless existence). Ditambah dengan penggunaan bentuk “imperfect” yaitu keteranga waktu “past continuous” bagi kata “adalah” (en), maka jelas bahwa yang dimaksudkan adalah masa lampau yang tak terbatas atau kekekalan masa lampau. Kata “bersama-sama dengan” berasal dari kata “pros” (face to face) yang dalam pikiran Yunani berarti satu kesatuan, menunjukkan bahwa Yesus Kristus yang adalah Firman itu bukan saja ada terus menerus di masa lampau yang tak terbatas (kekal), juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah.
Ungkapan yang menarik dari pernyataan Yesus Kristus adalah “Aku berkata kepadamu sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (Yoh. 8:58).[10]

b.    Ia Maha Suci
Yesus Kristus itu Tuhan karena Ia adalah yang maha kudus tanpa dosa. Ia Allah – Manusia sejati yang pernah “dicobai tetapi tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15). Ia menantang musuh-musuh-Nya untuk menunjukkan kesalahan dan dosa-dosa-Nya dengan berkata, “Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yoh. 8:46). Yohanes juga mengatakan, “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya. Supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa” (1 Yoh. 3:5).[11]

c.    Ia Maha Kuasa
Yesus Kristus menyatakan sendiri bahwa kepada-Nya “telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi” (Mat. 28:18). Ia berkuasa menyatakan secara langsung apa yang ada di dalam hati manusia (Yoh. 2:25).
Ia berkuasa atas alam roh. Ia menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan dari isi surga. Malaikat-malaikat berada dalam kekuasaan-Nya (Mat. 13:41; 16:27).
Ia berkuasa atas setan-setan (Mark. 5:11-15), penyakit (Luk. 4:38-44), kematian (Mat. 9:18-25; Luk. 7:12-16. dll.). Roh-roh jahat, dan laskar kegelapan tunduk kepada-Nya. Tidak kurang dari tiga puluh lima roh perbuatan mujizat Yesus Kristus dicatat dalam Injil-injil. Semua mujizat itu diadakan untuk membuktikan bahwa Ia adalah Tuhan. Ia berkuasa atas penyakit dan alam semesta.[12]

d.    Ia Maha Tahu
Yesus Kristus adalah Tuhan karena Ia memiliki sifat maha tahu, suatu sifat yang hanya dimiliki oleh Allah. Yesus tahu segala sesuatu (Yoh. 16:30; 21:17). Beberapa contoh tentang kemahatahuan-Nya diuraikan dalam kitab-kitab Injil. Ia mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia (Yoh. 2:24-25), Ia mengetahui riwayat hidup perempuan Samaria (Yoh. 4:29), pikiran manusia (Lukas 6:8; 11:17), waktu dan cara-Nya meninggalkan dunia ini (Mat. 16:21; Yoh. 12:33; 13:1), Ia juga tahu siapa yang akan mengkhianati-Nya (Yoh. 6:70-71), serta keadaan dan akhirnya zaman ini (Mat. 24, 25). Ia mengenal Bapa dengan sangat akrab dan tak seorang pun yang dapat mengenal Bapa seperti itu (Mat. 11:27).[13]

e.    Ia Maha Hadir
Yesus itu Tuhan karena Ia maha hadir. Ia menjanjikan kemahahadiran-Nya itu kepada pembawa-pembawa berita Injil (Mat. 28:20). Ia berjanji memenuhi semua orang percaya di segala tempat, hal yang hanya mungkin terjadi apabila Ia maha hadir (Yoh. 14:18, 20, 23).[14]

2.1.3. Pentingnya keilahian Kristus.[15]
a. Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.
Ini penting karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa satu kali saja, maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.
 
b. Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai penebusan yang tak terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa menebus seorang manusia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Maz 49:8-9. Tetapi karena dalam Kitab Suci bahasa Indonesia ada kesalahan penterjemahan, maka di sini saya memberikan terjemahan NIV.
Ps 49:6-7 (NIV): "No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough" (= tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau mem-berikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sa-ngat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
 
c. Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus hanya seorang manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diri-Nya sendiri.

2.1.4. Kesaksian mengenai realitas Kristus
Kesaksian yang teragung dari semua bukti eksistensi dan realitas yang Mahatinggi adalah wahyu Allah di dalam Yesus Kristus. “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). Kristus adalah Allah yang dapat dilihat, Allah yang dapat disentuh, Allah yang hidup, Allah yang berinkarnasi. Yesus adalah Tuhan kita.
Satu fakta terbesar yang tidak dapat disangkal di sepanjang masa adalah Yesus Tuhan kita. Dunia tidak dapat menguburnya, bumi tidak cukup dalam untuk mengubur-Nya, awan tidak cukup lebar untuk menyelimuti-Nya, dan batu karang tidak cukup besar untuk menutupi kubur-Nya. Ia bangkit, Dia hidup, Dia naik ke Sorga. Dia adalah agung. Dia berdiri di antara sejarah manusia. Sebelum Dia disebut tahun-tahun B.C. (Before Christ atau sebelum Kristus), dan setelah Dia datang disebut tahun-tahun A.D. atau anno Domini, atau tahun Tuhan kita. Kelahiran dan kematian-Nya merupakan pusat dari alam semesta. Bangsa-bangsa di Barat menulis dari kiri ke kanan, namun bangsa-bangsa Timur menulis dari kanan ke kiri, dan di tengah adalah Dia, Dia adalah pusatnya. Ia adalah Allah yang menyatakan diri-Nya.[16]
“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan,…” (Kol. 1:15).
“Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol. 2:9)
“Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibr. 1:3).
“…Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh.14:9).

Mengenal Yesus sama dengan mengenal Allah; mengasihi Yesus sama dengan mengasihi Allah; menyembah Yesus sama dengan menyembah Allah; bersujud kepada Kristus sama dengan bersujud kepada Allah. Ia adalah Allah yang dapat dikenal dan diraba. Ia adalah manifestasi Allah yang berpribadi kepada kita. 

2.2.        Allah adalah Kristus
Siapakah Allah? Bagaimanakah Allah itu? Manusia telah mengenal Allah , sebab Allah telah menyatakan Diri; dan Allah adalah sebagaimana Ia telah menyatakan Diri, sebab dalam Yesus Kristus benar-benar Ia telah menyatakan Diri sendiri. Allah sudah menyatakan Diri dalam kedatangan Yesus Kristus; dan oleh Roh Kudus Ia membuat kita mengenal Dia.[17]

2.2.1.   Alasan Inkarnasi
Mengapa Allah harus menyatakan diri-Nya sendiri di dalam ciptaan?. Karena tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allah dan dapat hidup. Yohanes menulis tentang itu, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah” (Yoh. 1:18). Pikiran kita tidak dapat diisi dengan apa yang melampaui pikiran kita. Otak kita tidak akan memuatnya! Perasaan kita tidak dapat tahan menerima Allah yang Mahakuasa. Natur kita yang penuh dosa tidak dapat mendekati hadirat Allah yang Mahakudus. Dalam Keluaran 33, Musa berkata, “Allah ijinkan aku melihat Engkau.” Dan Allah menjawabnya:[18]
“Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.” Berfirmanlah TUHAN: “Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung
itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan” (Kel.33:20-23).

Karena manusia tidak mampu melihat Allah karena manusia telah berdosa yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Semua manusia di muka bumi ini tidak luput dari dosa. Rasul Paulus dalam surat Roma 3: 9-20 menyatakan bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak berdosa (ay.10 bdn. ay. 23). Keberdosaannya terlihat ketika manusia tidak mencari Allah; menyeleweng dari kebenaran, tidak berbuat baik, kata-kata mereka penuh dengan tipu daya dan sumpah serapah, cepat menumpahkan darah, tidak takut kepada Allah, dll. (ay. 11-18).
Dalam keadaan yang berdosa, maka manusia tidak bisa menghapus dosanya dan menyelamatkan dirinya dari maut yang adalah upah dari dosa (Roma 6:23). Seumpama gambar yang sudah rusak sama sekali dan tidak seorang pun yang dapat memperbaikinya. Begitulah manusia adanya. Bukan cuma maut yang harus ditang gung oleh manusia, tetapi kesendirian, ketakutan dan kesulitan mengendalikan napsu dan keinginan menjadi bagian dari hidup manusia sampai saat ini.
Oleh karena itu sejak awal kejatuhan manusia, Allah telah berencana menyelamatkan manusia. Hanya Allah saja yang mampu menyelamatkan manusia! Berbagai strategi dalam menyelamatkan manusia telah dilakukan Allah. Mulai dari re-kreasi (penciptaan kembali) kehidupan melalui peristiwa air bah dan bahtera Nuh, pemanggilan Abraham dan pemilihan Israel sebagai bangsa pilihan yang dibebaskan-Nya dari penjajahan Mesir, memilih raja, bahkan mengirimkan nabi-nabinya. Namun semua cara itu ternyata tidak membuat tersambungnya hubungan Allah dengan manusia. Manusia tetap berkubang dan terbelenggu dalam dosa. Allah turun ke dalam dunia menjadi manusia Yesus (inkarnasi) untuk menyelamatkan manusia berdosa.
Allah menyatakan diri-Nya dengan menjadi manusia mempresentasikan diri-Nya sendiri dengan mengenakan daging manusiawi pada diri-Nya sendiri. Mujizat yang paling agung dari semua mujizat yang Tuhan Allah buat adalah bahwa Ia sendiri datang menjadi manusia. Itu adalah kebenaran yang melampaui pikiran kita untuk dapat kita pahami. Misteri kebaikan-Nya adalah bahwa Allah menyatakan diri di dalam daging (Yoh. 1:1,14).[19]

2.2.2.   Bukti Inkarnasi
Alkitab mengajarkan dengan jelas, baik secara nubuat mapun melalui kenyataan, bahwa Yehova dalam Perjanjian Lama menjelma menjadi Yesus Kristus, Mesias (Kej. 3:15; Ul. 18:18; Yes. 9:5; Mat. 1:18-25; Luk. 1:26-35; Yoh. 1:14; Kis. 10:38; Rom. 3,4; Gal 4:4; 1 Tim 3:16; Ibr. 2:14).[20]

2.2.3.   Relasi di dalam Allah Tritunggal
Sebagian orang menolak doktrin Allah Tritunggal karena menurut mereka hal itu tidak logis. Namun demikian, banyak ahli yang berpendapat justru pemahaman kepada doktrin tersebut sungguh-sungguh logis. Sebagai contoh, bapak Gereja, Augustinus, theolog yang sangat dikagumi dan berpengaruh di zamannya menegaskan bahwa hal itu sesuai dengan ajaran Alkitab bahwa “Allah itu adalah kasih”. Menurut Augustinus, bagaimanakah kita memahami Allah yang adalah kasih tanpa adanya sifat kejamakan di dalam diri Allah? Kasih memerlukan subjek dan objek. Sebelum Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk malaikat-malaikat dan manusia, Allah mengasihi siapa/apa? Hal ini menjadi kesulitan bagi mereka yang menolak adanya oknum lain di luar diri Allah (YHWH). Tetapi bagi mereka yang menerima doktrin Allah Tritunggal, hal itu tidak masalah, karena Bapa mengasihi Anak, Anak mengasihi Roh, dan seterusnya. Pengenalan kepada self-sufficient and self-dependent God membuat kita dapat memahami bahwa Allah cukup dengan diri-Nya sendiri dan tidak bergantung kepada siapapun. Karena itu, Allah dapat mengungkapkan kasih-Nya tanpa adanya satu eksistensi (keberadaan) di luar diri-Nya.
Demikian juga, pemahaman kepada Allah yang hidup dan yang bersabda “the living and speaking God” membuat kita memikirkan perlunya ada komunikasi yang di dalamnya ada subjek dan objek, karena bagaimanakah oknum yang satu dapat berkomunikasi? Atau Dia menjadi Allah yang bisu dan kesepian sebelum Dia menciptakan sesuatu? Tentu saja tidak. Pemahaman kepada Allah Tritunggal akan menolong mengatasi hal itu. Alkitab menegaskan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, Allah telah berkomunikasi dengan diriNya: “Marilah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa KITA” (Kej.1:26).[21]


BAB III
P E N U T U P



            Mempercayai bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang telah menjadi manusia (inkarnasi) dan telah mati di kayu salib demi menebus dosa manusia dibutuhkan anugerah Allah. Ke-Allah-an Kristus sudah sangat teruji dan terbukti sejak kelahiran-Nya sampai dengan sekarang.
Aniaya dan upaya-upaya menghilangkan ajaran serta pengikut Kristus sudah terbukti tidak bisa, Buku-buku best seller  semacam The Davinci Code dan The Jesus Dinasty hanya populer saja tapi tidak dapat meruntuhkan iman percaya orang Kristen, yang mempercayai Yesus Kristus adalah Allah. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk kita yang sudah mempercayai-Nya sebagai Tuhan Penyelamat manusia untuk meninggalkan iman.

"Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup." (1 Yoh. 5:11-12)



DAFTAR PUSTAKA




Brill, J. Wesley, Dasar yang Teguh, Bandung: Kalam Hidup 1994

Criswell, W.A., dan Purwanto, Eddy Peter, Pencipta & Penebus: Teologi & Kristologi, Tanggerang: STTIP, 2006

C. Thiessen, Henry, Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1992

Indra, Ichwei G., Allah –Manusia Sejati, Studi Ringkas Kristologi, Semarang: Pelayanan Kristen Mandiri “Mikhael”.

Marantika, Chris (ed.), Yesus Kristus: Allah, Manusia Sejati, Surabaya: PASTI dan YAKIN

Niftrik, G.C., van, dan Boland, B.J., Dogmatika Masakini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987

Soedarmo, R. , Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989









[1] Ichwei G. Indra, Allah –Manusia Sejati, Studi Ringkas Kristologi, (Pelayanan Kristen Mandiri “Mikhael”, Semarang), 7;
[2] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1989), 160
[3] Indra, 8
[4] Ibid, 8
[5] G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masakini, (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987), 187.
[6] Ibid, 187-188
[7] G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masakini, (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987), 212-214
[8] Ibid, 223
[9] Chris Marantika, Yesus Kristus: Allah, Manusia Sejati, (PASTI dan YAKIN, Surabaya), 15
[10] Ibid, 15-16, Lihat juga Henry C. Thiessen (direvisi oleh Vernon D. Doerksen), Teologi Sistematika, (Gandum Mas, Malang, 1992), 142
[11] Marantika, 16-17
[12] Marantika, 18-19; Thiesssen, 143
[13] Marantika, 19; Thiesssen, 142
[14] Marantika, 20
[15] Diunduh dari http://www.golgothaministry.org/christology/christology_02.htm, diakses pada 11 Februari 2011
[16] W.A. Criswell dan Eddy Peter Purwanto, Pencipta & Penebus: Teologi & Kristologi, (STTIP, Tanggerang, 2006), 11-12
[17] G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masakini, (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987), 81
[18] Ibid, 20
[19] W.A. Criswell dan Eddy Peter Purwanto, Pencipta & Penebus: Teologi & Kristologi, (STTIP, Tanggerang, 2006), 20-21
[20] J. Wesley Brill, Dasar yang Teguh, (Kalam Hidup, Bandung, 1994), 77
[21] Diunduh dari http://www.mangapulsagala.com/articles.php?cat_id=10, diakses pada 11 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar