Senin, 08 April 2013

TAKUT AKAN TUHAN PERMULAAN PENGETAHUAN



TAKUT AKAN TUHAN PERMULAAN PENGETAHUAN
AMSAL 1:7
Oleh Iskak Sugiyarto

Nama Kitab
            Kata Amsal diterjemahkan dari bahasa Ibrani, masyal. Arti kata itu adalah 'menyerupai' atau 'dibandingkan dengan'.[1] Jadi pada mulanya amsal mungkin merupakan semacam perbandingan, seperti Amsal 16:24 atau 15:17. Namun dalam amsal-amsal yang tertua sering tidak terdapat perbandingan (contoh:  1 Sam 24:14). Ternyata amsal-amsal ini berisi ungkapan-ungkapan yang penuh arti, singkat dan jelas, yang meringkaskan hikmat dari pengalaman. Dalam Amsal 1-9 masyal mirip dengan khotbah bukan seperti amsal (band. Ayb27:1; 29:1). Dalam kitab lain masyal mungkin berarti sindiran (Ul 28:37; Yeh 14:8) atau nyanyian ejekan (Yes 14:4 dst), di mana orang yang dimaksudkan jelas menjadi contoh pengajaran (di sini masyal diartikan sebagai contoh, panutan, paradigma).[2]
            Judul asli dari kitab ini adalah “Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel” (1:1). Septuaginta memberikan judul yang agak berbeda, “Amsal-amsal Salomo bin Daud, yang berkuasa di Israel”, sementara Vulgata hanya memberi judul “Liber Proverbiorum” (Kitab Amsal). Judul singkat “Amsal-amsal Salomo” pada pasal 10:1 merupakan sub-judul dari kumpulan yang lebih besar (Ps. 1-24), dan judul lain pada pasal 25:1, “juga ini adalah amsal-amsal Salomo”, mengawali kumpulan amsal Salomo yang kedua (Pasal. 25-29).[3]


Tujuan
            Kitab ini adalah himpunan kata-kata mutiara dan pepatah-pepatah yang bersifat menggurui, menasehati dan mendidik. Seperti yang dinyatakan dalam Amsal 1:2 “untuk mengetahui hikmat dan didikan”, yang mencakup didikan untuk orang-orang yang belum memunyai hikmat (ay. 4) dan juga penambahan ilmu bagi orang-orang yang sudah bijaksana (ay. 5). Sastra hikmat pada umumnya jenis sastra yang sangat mementingkan pengalaman. Pengalaman itu diturunkan oleh ayah kepada anaknya. Etikanya ditujukan dari manusia kepada sesamanya, bukan dari Allah kepada manusia.[4]
Hal itu berbeda dengan Taurat dan Nabi-nabi yang menekankan ketaatan, dan hikmat. Kitab Amsal terutama menekankan pengertian dan ketaatan, serta bersifat intelektual dan etik. Alasannya, karena orang Israel yakin bahwa hati adalah pusat pikiran, dan pengertian, dan pengambilan keputusan, maka hatilah yang dituju oleh Kitab Amsal. Orang Israel setuju dengan pendapat Sokrates yang mengatakan bahwa hidup yang tak dapat diselidiki tidak layak dihidupi. Tujuan dari amsal hikmat dalam Israel dapat diringkas dengan  satu kata, pendidikan.[5]
            Sedikit berbeda dengan penjelasan tujuan Kitab Amsal di atas, LaSor[6] menyatakan bahwa meskipun tidak ada keterangan mengenai sejarah Israel dan tema-tema besar nubuat nabi (misalnya perjanjian). Tetapi itu berarti pengarangnya tidak memperhatikan hal-hal tersebut. Malah,  tujuannya adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip iman perjanjian Israel dalam sikap pengalaman sehari-hari. Hukum kasih (Im 19:18; Ul 6:5; band. Mark 12:29-31) merupakan pokok sangat penting dalam PL dan Amsal berfungsi sebagai penjelasan yang luas mengenai hal itu. Setiap orang Israel memandang hukum Allah sebagai kewajiban bersyarat yang menuntut kesetiaan dan ketaatan penuh. Hal ini sangat dekat dengan konsep tentang takut akan Tuhan sebagai permulaan hikmat (Ams 1:7; 2:5; 9:10; Ayub 28:28; Maz 111:10). Artinya ciri dasar dari pernyataan hikmat  “takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” adalah bersifat teologis. Jadi dalam Kitab Amsal yang mendasari kehidupan seseorang ialah hubungannya dengan Allah. 
            Fungsi Amsal adalah untuk membentuk manusia agar menjadi anggota-anggota masyarakat yang berguna dalam kehidupan bersama maupun dalam kehidupan beragama.

Analisa Teks
Bahasa Ibrani: `WzB'( ~yliîywIa/ rs'ªWmW÷ hm'îk.x' t[;D"_ tyviäarE hw"hy>â ta;är>yI
B I S
ITB
King James Version
Untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada TUHAN. Orang bodoh tidak menghargai hikmat dan tidak mau diajar.
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

The fear of the LORD is the beginning of knowledge: but fools despise wisdom and instruction.

Analisa Kata Bahasa Ibrani
Bentuk
Arti
ta;är>yI
noun common feminine singular construct 
A fear: Takut
hw"hy>â
noun proper no gender no number no state  

YAHWEH, Jehovah, Lord =
tyviäarE
noun common feminine singular construct  

Beginning, chief = permulaan
t[;D"_
noun common feminine singular absolute homonym 1
Knowledge : Pengetahuan
hm'îk.x'
noun common feminine singular absolute  
Wisdom : Hikmat
rs'ªWmW÷
w> particle conjunction   rs'Wm noun common masculine singular absolute 
Discipline : disiplin, chastening : hajaran/didikan,
correction : koreksi
~yliîywIa/
lywIa/ noun common masculine plural absolute homonym 1 
Foolish : bodoh, bebal
`WzB'(
wb verb qal perfect 3rd person common plural  
To despise : menghina



Terjemahan
a.    Kasar  : “Takut TUHAN awal/permulaan/dasar dari  pengetahuan, orang bodoh menghina hikmat”
b.    Halus : “Takut akan TUHAN adalah awal/permulaan pengetahuan, tetapi orang
bodoh menghina  hikmat”.

Penjelasan
Bentuk ayat 7 ini adalah amsal antithetik, hal ini dapat dilihat dari kata “tetapi” dalam ayat tersebut. Jadi dalam ayat 7 terdapat kontras antara takut dan tidak takut akan Tuhan, juga kontras antara pengetahuan dan kebodohan.
Ayat 7 ini adalah moto dari Kitab Amsal. Ada pendapat bahwa ayat ini kesimpulan dari pengantar kitab ini. Ada yang mengatakan bahwa ayat 7 adalah permulaan berikut berisi nasihat untuk para pemuda. Ada juga yang mengatakan ayat 7 berdiri sendiri[7], dan Robert Alden setuju bahwa ayat ini berdiri sendiri.[8] Alden juga tidak setuju jika ayat 7 ini disebut sebagai tambahan yang dimasukkan dalam Kitab Amsal supaya kitab ini “berbau” Tuhan.[9]
Kata re’syith (permulaan) dalam ayat 7 itu memiliki dua konotasi, yaitu sebagai langkah pertama dan elemen pertama dari hikmat. Para penafsir memberikan penjelasan yang berbeda-beda, ada yang menafsirkan sebagai “langkah pertama bagi hikmat” ada yang menjelaskan sebagai “elemen utama atau tertinggi dari hikmat”. Kedua pendapat ini sesuai dengan arti harfiah dari kata ini.[10] Berkaitan dengan “takut akan Tuhan” sebagai “elemen utama” dari pengetahuan atau hikmat maka “takut akan Tuhan” adalah bahan pendidikan mendasar dari seluruh pengajaran yang harus dipelajari, walaupun ada banyak bahan pendidikan lain dalam Kitab Amsal, apalagi di luar Kitab Amsal. Atau pada intinya dasar dari segala pengajaran moral adalah kekudusan dan takut akan Tuhan atau taat pada undang-undang-Nya.[11]
“Takut akan Tuhan” adalah adalah kesetiaan religius. Tanpa kesetiaan sia-sialah mencari hikmat (band. Amsal 9:6).[12] Jelas di sini bahwa langkah pertama dari pengetahuan ialah takut akan Tuhan. Kata “takut” tidak berkonotasi negatif sehingga harus menghindar dari Tuhan, tetapi takut dengan hormat. Mengakui kedaulatan Tuhan dalam segala bidang hidup adalah langkah pertama menuju hidup yang berhasil. Rasul Paulus mengatakan bahwa orang yang pandai tanpa Tuhan adalah seorang yang “bodoh” (1 Kor. 1:20), tetapi orang yang rendah hati, kurang berpendidikan tetapi saleh, di mata Tuhan itu adalah orang yang bijaksana.[13]
Sebagai moto bagi seluruh Kitab Amsal maka ayat 7 mengandung pengertian dan prinsip yang mendasar bagi usaha untuk memperoleh hikmat. Pengertian dan prinsip itu dikemukakan melalu kalimat “takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”.[14] Di dalam seluruh Perjanjian Lama “takut akan Tuhan” berdasarkan penggunaannya memiliki empat pengertian:
a.    “Takut akan Tuhan” berfungsi sebagai disiplin (murser) dalam pembentukan karakter moral orang yang mencari hikmat.
b.    “Takut akan Tuhan” merupakan disiplin bagi cara orang mencari pengetahuan/metode dalam dunia pengetahuan.
c.    “Takut akan Tuhan” pengajaran moral yang disampaikan guru-guru hikmat yang didasarkan pada rasa gentar akan kekudusan Allah atau kepatuhan akan undang-undang-Nya.
d.    “Takut akan Tuhan” adalah refleksi dari pemahaman yang benar akan pengajaran moral dan bentuk “takut akan Tuhan” dalam kehidupan sehari-hari.[15]
           

Kesimpulan
             Takut akan Tuhan harus menjadi dasar atau permulaan bagi pengetahuan apapun. Karena dengan dasar itu akan memberi arah ke mana pengetahuan yang kita miliki bisa kita kembangkan dan untuk apa pengetahuan itu. Dengan demikian pengetahuan yang kita punya dapat mempengaruhi orang supaya hidup takut akan Tuhan.


[1] Beberapa ahli menghubungkan masyal dengan akar kata yang berarti 'memerintah' sehingga amsal berarti ucapan pemimpin yang mengandung kuasa dan makna khusus [Bentzen 1948,1:168 dalam LaSor Pengantar Perjanjian Lama Volume 2, Sastra dan Nubuat, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002), 89

[2] LaSor dkk., 89

[3] Hassel Bullock, Kitab-kitab Puisi, (Malang: Gandum Mas, 2003), 201

[4] R. C. Musaph-Andriesse, Sastra Para Rabi Setelah Taurat, Karya Para Rabi dari Taurat Sapai Kabela, (Jakarta, 1991) PT BPK Gunung Mulia, hal.10, cet. Ke-7. band. David L. Baker, Mari…Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta, 2004) PT BPK Gunung Mulia, hal. 95, (edisi baru).

[5] Boadt, Amsal dalam Bergant&Karris, Tafsiran Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius 2002), ,  465

[6] LaSor, LaSor dkk., Pengantar Perjanjian Lama Volume 2, Sastra dan Nubuat, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002), 90
[7] Pisah dari 1:2-6

[8] Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Ajaran untuk Memiliki Kehidupan Teratur dan Bahagia, (Malang, Literatur SAAT, 2011), 22.

[9] Ibid, 23

[10] Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Kitab Amsal 1-9, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 85

[11] Ibid, 87

[12] Lawrence E. Boadt, Amsal, dalam Bergant dan Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama,(Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Biblika Indonesia, 2002), 468-469.
[13] Alden, 23

[14] Sinulingga, 86

[15] Ibid, 86

1 komentar:

  1. trimakasih untuk penjelasannya, sangat membantu..
    saya sedang dalam penyusunan skripsi dan membahas ayat ini..
    sekali lagi terima kasih, Tuhan Yesus memberkati..

    BalasHapus