TAKUT
AKAN TUHAN PERMULAAN PENGETAHUAN
AMSAL
1:7
Oleh Iskak
Sugiyarto
Nama Kitab
Kata Amsal diterjemahkan dari bahasa Ibrani, masyal. Arti
kata itu adalah 'menyerupai' atau 'dibandingkan dengan'.[1]
Jadi pada mulanya amsal mungkin merupakan semacam perbandingan, seperti Amsal
16:24 atau 15:17. Namun dalam amsal-amsal yang tertua sering tidak terdapat
perbandingan (contoh: 1 Sam 24:14).
Ternyata amsal-amsal ini berisi ungkapan-ungkapan yang penuh arti, singkat dan
jelas, yang meringkaskan hikmat dari pengalaman. Dalam Amsal 1-9 masyal mirip
dengan khotbah bukan seperti amsal (band. Ayb27:1; 29:1). Dalam kitab lain masyal
mungkin berarti sindiran (Ul 28:37; Yeh 14:8) atau nyanyian ejekan (Yes
14:4 dst), di mana orang yang dimaksudkan jelas menjadi contoh pengajaran (di
sini masyal diartikan sebagai contoh, panutan, paradigma).[2]
Judul asli dari kitab ini adalah “Amsal-amsal Salomo bin
Daud, raja Israel” (1:1). Septuaginta memberikan judul yang agak berbeda,
“Amsal-amsal Salomo bin Daud, yang berkuasa di Israel”, sementara Vulgata hanya
memberi judul “Liber Proverbiorum” (Kitab Amsal). Judul singkat
“Amsal-amsal Salomo” pada pasal 10:1 merupakan sub-judul dari kumpulan yang
lebih besar (Ps. 1-24), dan judul lain pada pasal 25:1, “juga ini adalah
amsal-amsal Salomo”, mengawali kumpulan amsal Salomo yang kedua (Pasal. 25-29).[3]
Tujuan
Kitab ini adalah
himpunan kata-kata mutiara dan pepatah-pepatah yang bersifat menggurui,
menasehati dan mendidik. Seperti yang dinyatakan dalam Amsal 1:2 “untuk
mengetahui hikmat dan didikan”, yang mencakup didikan untuk orang-orang yang
belum memunyai hikmat (ay. 4) dan juga penambahan ilmu bagi orang-orang yang
sudah bijaksana (ay. 5). Sastra hikmat pada umumnya jenis sastra yang sangat
mementingkan pengalaman. Pengalaman itu diturunkan oleh ayah kepada anaknya.
Etikanya ditujukan dari manusia kepada sesamanya, bukan dari Allah kepada
manusia.[4]
Hal itu berbeda dengan Taurat dan Nabi-nabi yang menekankan ketaatan, dan
hikmat. Kitab Amsal terutama menekankan pengertian dan ketaatan, serta bersifat
intelektual dan etik. Alasannya, karena orang Israel yakin bahwa hati adalah
pusat pikiran, dan pengertian, dan pengambilan keputusan, maka hatilah yang
dituju oleh Kitab Amsal. Orang Israel setuju dengan pendapat Sokrates yang
mengatakan bahwa hidup yang tak dapat diselidiki tidak layak dihidupi. Tujuan
dari amsal hikmat dalam Israel dapat diringkas dengan satu kata, pendidikan.[5]
Sedikit berbeda dengan penjelasan tujuan Kitab Amsal di atas, LaSor[6]
menyatakan bahwa meskipun tidak ada keterangan mengenai sejarah Israel dan
tema-tema besar nubuat nabi (misalnya perjanjian). Tetapi itu berarti
pengarangnya tidak memperhatikan hal-hal tersebut. Malah, tujuannya adalah untuk menerapkan
prinsip-prinsip iman perjanjian Israel dalam sikap pengalaman sehari-hari.
Hukum kasih (Im 19:18; Ul 6:5; band. Mark 12:29-31) merupakan pokok sangat
penting dalam PL dan Amsal berfungsi sebagai penjelasan yang luas mengenai hal
itu. Setiap orang Israel memandang hukum Allah sebagai kewajiban bersyarat yang
menuntut kesetiaan dan ketaatan penuh. Hal ini sangat dekat dengan konsep
tentang takut akan Tuhan sebagai permulaan hikmat (Ams 1:7; 2:5; 9:10; Ayub
28:28; Maz 111:10). Artinya ciri dasar dari pernyataan hikmat “takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan” adalah bersifat teologis. Jadi dalam Kitab Amsal yang mendasari
kehidupan seseorang ialah hubungannya dengan Allah.
Fungsi Amsal adalah
untuk membentuk manusia agar menjadi anggota-anggota masyarakat yang berguna
dalam kehidupan bersama maupun dalam kehidupan beragama.
Analisa Teks
Bahasa
Ibrani: `WzB'( ~yliîywIa/ rs'ªWmW÷ hm'îk.x' t[;D"_ tyviäarE
hw"hy>â ta;är>yI
B
I S
|
ITB
|
King
James Version
|
Untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-tama orang harus
mempunyai rasa hormat dan takut kepada TUHAN. Orang bodoh tidak menghargai
hikmat dan tidak mau diajar.
|
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi
orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
|
The fear of the LORD is the beginning of knowledge: but fools despise wisdom and instruction.
|
Analisa
Kata Bahasa Ibrani
|
Bentuk
|
Arti
|
ta;är>yI
|
noun common feminine singular
construct
|
A fear: Takut
|
hw"hy>â
|
noun proper no gender no number no state
|
YAHWEH, Jehovah, Lord =
|
tyviäarE
|
noun common feminine singular construct
|
Beginning, chief = permulaan
|
t[;D"_
|
noun common feminine singular
absolute homonym 1
|
Knowledge : Pengetahuan
|
hm'îk.x'
|
noun common feminine singular
absolute
|
Wisdom : Hikmat
|
rs'ªWmW÷
|
w> particle conjunction
rs'Wm noun common masculine singular absolute
|
Discipline : disiplin, chastening : hajaran/didikan,
correction : koreksi
|
~yliîywIa/
|
lywIa/ noun common masculine plural absolute homonym 1
|
Foolish : bodoh, bebal
|
`WzB'(
|
wb verb qal perfect 3rd person common plural
|
To despise : menghina
|
Terjemahan
a. Kasar : “Takut TUHAN
awal/permulaan/dasar dari pengetahuan,
orang bodoh menghina hikmat”
b. Halus : “Takut akan TUHAN adalah
awal/permulaan pengetahuan, tetapi orang
bodoh menghina
hikmat”.
Penjelasan
Bentuk ayat 7 ini adalah amsal antithetik,
hal ini dapat dilihat dari kata “tetapi” dalam ayat tersebut. Jadi dalam ayat 7
terdapat kontras antara takut dan tidak takut akan Tuhan, juga kontras antara
pengetahuan dan kebodohan.
Ayat
7 ini adalah moto dari Kitab Amsal. Ada pendapat bahwa ayat ini kesimpulan dari
pengantar kitab ini. Ada yang mengatakan bahwa ayat 7 adalah permulaan berikut
berisi nasihat untuk para pemuda. Ada juga yang mengatakan ayat 7 berdiri
sendiri[7],
dan Robert Alden setuju bahwa ayat ini berdiri sendiri.[8]
Alden juga tidak setuju jika ayat 7 ini disebut sebagai tambahan yang
dimasukkan dalam Kitab Amsal supaya kitab ini “berbau” Tuhan.[9]
Kata re’syith
(permulaan) dalam ayat 7 itu memiliki dua konotasi, yaitu sebagai langkah
pertama dan elemen pertama dari hikmat. Para penafsir memberikan penjelasan
yang berbeda-beda, ada yang menafsirkan sebagai “langkah pertama bagi hikmat”
ada yang menjelaskan sebagai “elemen utama atau tertinggi dari hikmat”. Kedua pendapat
ini sesuai dengan arti harfiah dari kata ini.[10] Berkaitan dengan “takut
akan Tuhan” sebagai “elemen utama” dari pengetahuan atau hikmat maka “takut
akan Tuhan” adalah bahan pendidikan mendasar dari seluruh pengajaran yang harus
dipelajari, walaupun ada banyak bahan pendidikan lain dalam Kitab Amsal,
apalagi di luar Kitab Amsal. Atau pada intinya dasar dari segala pengajaran
moral adalah kekudusan dan takut akan Tuhan atau taat pada undang-undang-Nya.[11]
“Takut akan Tuhan” adalah adalah kesetiaan
religius. Tanpa kesetiaan sia-sialah mencari hikmat (band. Amsal 9:6).[12] Jelas di sini bahwa
langkah pertama dari pengetahuan ialah takut akan Tuhan. Kata “takut” tidak
berkonotasi negatif sehingga harus menghindar dari Tuhan, tetapi takut dengan
hormat. Mengakui kedaulatan Tuhan dalam segala bidang hidup adalah langkah
pertama menuju hidup yang berhasil. Rasul Paulus mengatakan bahwa orang yang
pandai tanpa Tuhan adalah seorang yang “bodoh” (1 Kor. 1:20), tetapi orang yang
rendah hati, kurang berpendidikan tetapi saleh, di mata Tuhan itu adalah orang
yang bijaksana.[13]
Sebagai moto bagi seluruh Kitab Amsal maka
ayat 7 mengandung pengertian dan prinsip yang mendasar bagi usaha untuk
memperoleh hikmat. Pengertian dan prinsip itu dikemukakan melalu kalimat “takut
akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”.[14] Di dalam seluruh
Perjanjian Lama “takut akan Tuhan” berdasarkan penggunaannya memiliki empat
pengertian:
a. “Takut
akan Tuhan” berfungsi sebagai disiplin (murser) dalam pembentukan karakter
moral orang yang mencari hikmat.
b. “Takut
akan Tuhan” merupakan disiplin bagi cara orang mencari pengetahuan/metode dalam
dunia pengetahuan.
c. “Takut
akan Tuhan” pengajaran moral yang disampaikan guru-guru hikmat yang didasarkan
pada rasa gentar akan kekudusan Allah atau kepatuhan akan undang-undang-Nya.
d. “Takut
akan Tuhan” adalah refleksi dari pemahaman yang benar akan pengajaran moral dan
bentuk “takut akan Tuhan” dalam kehidupan sehari-hari.[15]
Kesimpulan
Takut
akan Tuhan harus menjadi dasar atau permulaan bagi pengetahuan apapun. Karena dengan
dasar itu akan memberi arah ke mana pengetahuan yang kita miliki bisa kita kembangkan
dan untuk apa pengetahuan itu. Dengan demikian pengetahuan yang kita punya dapat
mempengaruhi orang supaya hidup takut akan Tuhan.
[1] Beberapa ahli menghubungkan masyal dengan akar
kata yang berarti 'memerintah' sehingga amsal berarti ucapan pemimpin yang
mengandung kuasa dan makna khusus [Bentzen 1948,1:168 dalam LaSor Pengantar
Perjanjian Lama Volume 2, Sastra dan Nubuat, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002), 89
[2] LaSor dkk., 89
[3] Hassel Bullock, Kitab-kitab
Puisi, (Malang: Gandum Mas, 2003), 201
[4] R. C. Musaph-Andriesse, Sastra
Para Rabi Setelah Taurat, Karya Para Rabi dari Taurat Sapai Kabela, (Jakarta,
1991) PT BPK Gunung Mulia, hal.10, cet. Ke-7. band. David L. Baker, Mari…Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta,
2004) PT BPK Gunung Mulia, hal. 95, (edisi baru).
[6] LaSor, LaSor
dkk., Pengantar Perjanjian Lama Volume 2, Sastra dan Nubuat, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002),
90
[7] Pisah dari 1:2-6
[8] Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Ajaran untuk Memiliki Kehidupan Teratur
dan Bahagia, (Malang, Literatur SAAT, 2011), 22.
[9] Ibid,
23
[10] Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Kitab Amsal 1-9, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 85
[11]
Ibid, 87
[12] Lawrence E. Boadt, Amsal,
dalam Bergant dan Karris, Tafsir Alkitab
Perjanjian Lama,(Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Biblika Indonesia, 2002),
468-469.
[13] Alden, 23
[14] Sinulingga, 86
[15] Ibid, 86
trimakasih untuk penjelasannya, sangat membantu..
BalasHapussaya sedang dalam penyusunan skripsi dan membahas ayat ini..
sekali lagi terima kasih, Tuhan Yesus memberkati..