4.5. KITAB ULANGAN
(Suatu Tantangan bagi Umat Allah)
Kitab Ulangan merupakan salah satu
kitab yang paling penting dan berpengaruh di antara satu kitab yang paling
penting dan berpengaruh di anatara kitab-kitab Ibrani. Kitab ini menyajikan
pandangan teologis yang memperngaruhi nabi-nabi terdahulu (Yosua, Hakim-hakim,
Samuel, dan Raja-raja), sekarang disebut sebagai Sejarah Deuteronomis Israel.
Pengaruhnya juga terasa sampai waktu peredaksian terakhir kitab nabi-nabi yang
terkenal seperti Hosea dan Yeremia. Secara tidak langsung, Kitab Ulangan juga
mempengaruhi sejarah Tawarikh Israel (Tawarikh, Ezra, dan Nehemia). Perjanjian
Baru mengutip atau menunjuk pada lebih dari 200 kali teks Ulangan.[1]
4.5.1. Nama Kitab
Nama Ibrani untuk Kitab Ulangan
dirangkum dalam baris pembukaan yang berbunyi “inilah perkataan-perkataan itu”.
Nama Ulangan diambil dari kata Yunani yang berarti “hukum kedua” yang merupakan
terjemahan yang sedikit kurang tepat dari “salinan dari hukum ini” (Ul 17:18).[2]
Alkitab terjemahan lama, terjemahan Klinkert terbitan Lembaga Alkitab Indonesia
tahun 1960 memberi nama Kitab Ulangan sebagai “Kitab nabi Musa yang kelima”.[3]
4.5.2. Kepengarangan
Menurut pendapat sebagian besar ahli mengemukakan
bahwa kitab ini disusun tidak lama sebelum tahun 621 sM, ketika kitab itu
ditemukan. Tetapi pada abad ke-20 para ahli tidak sependapat lagi tentang waktu
penyusunan ini. Ada yang menggeser waktu penyusunan Kitab Ulangan sampai pada
zaman Manasye atau Hizkia, atau lebih awal dari Amos, atau bahkan sejak zaman
Samuel. Yang lain menduga kitab ini disusun pada zaman Hagai dan Zakaria, atau
bahkan setelah itu. Sementara itu, para ahli memperhatikan bahwa kitab Ulangan
lebih mirip dengan Kitab I dan 2 Raja-raja daripada dengan keempat kitab
pertama dari Taurat. Tetapi menurut teori sumber klasik, Kitab Ulangan
ditemukan pada tahun ke-18 pemerintahan Raja Yosia dari Yehuda (612 sM),
ditemukan oleh para pekerja yang memperbaiki Rumah Allah.[4]
Dalam bentuk aslinya Kitab Ulangan dapat dipandang sebagai “terbitan ulang”
kitab Keluaran 21-23.[5]
Memang menurut tradisi lama
menunjukkan Musa sebagai pengarang Kitab Ulangan tetapi penelitian modern cukup
membuktikan bahwa pengarangnya bukan Musa. Dan perlu dicatat bahwa Kitab
Ulangan sendiri secara keseluruhan tidak memperkenalkan diri sebagai buah
tangan Musa. Memang ada tertulis, bahwa Musa menuliskan Torah Ulangan (31:9,
24), dan bahwa dia langsung mengucapkan beberapa bagian tertentu (Ul 1:5; 4:45;
31:30). Tetapi rangkaian/kumpulan Kitab secara keseluruhan ternyata berasal
dari tangan lain. Bahkan ada faktor-faktor yang menunjukkan bahwa bahannya pada
umumnya mencerminkan keadaan yang jauh setelah zaman Musa.
a.
Jelas bahwa
Ulangan 34, yang meriwayatkan kematian Musa, tidak dikarang oleh Musa sendiri.
b.
Pangarang
adalah penduduk Kanaan: *) Ul 1:1 mencatat bahwa tempat Musa berpidato itu
(yaitu tanah Moab) terletak “di seberang sungai Yordan”; itu berarti bahwa
pengarang sendiri adalah penduduk Palestina barat, yang hidup sesudah zaman
perebutan tanah Kanaan. Demikian juga Ul 1:5; 3;8; 4:46. *) Isi Ul 2:12
mengandung pararel sebagai berikut: “Dan dahulu di Seir diam orang Hori, tetapi
bani Esau telah menduduki daerah mereka: dan dahulu di Palestina diam orang
Kanaan, tetapi orang Israel telah menduduki daerah mereka”. Jelaslah bahwa
zaman didudukinya negeri itu sudah lewat
c.
Bahasa yang
dipakai dalam Kitab Ulangan lain daripada yang terdapat dalam lapis-lapis
tertua Kitab Kejadian dan Keluaran, tetapi mirip bahasa Kitab Yeremia dan
naskah-naskah Lakhis (abad VII sM).
d.
Bahan
Ulangan mencerminkan suatu keadaan masyarakat yang sudah berkembang,
dibandingkan dengan zaman Musa. Israel menduduki kota-kota, di tengah-tengah
orang-orang dursila atau kafir (Ul 13:13 dst.nya); Bujukan nabi-nabi palsu
terasa sebagai bahaya (Ul 13:1-5); Sistem keuangan sudah berkembang, sehingga
peraturan ‘tahun penghaspus hutang’ yang dahulu menyangkut soal hak budak saja
(Kel 21:1-4) dalam Ulangan diterapkan, sehingga menyinggung juga soal
penghapusan hutang berupa uang (Ul 15:1-11).[6]
4.5.3. Tujuan Kitab:
Tujuan dari pidato-pidato Musa dalam
Kitab Ulangan ialah memperbaharui Yehuda, umat pilihan Allah itu, menjadi suatu
bangsa kudus yang dikhususkan untuk Yahweh, suatu bangsa yang suka melakukan
perintah-perintah Tuhan yang esa karena dorongan cinta kasih (Ul.5-7; bnd. Kel
19:5). Dengan perkataan lain, Kitab Ulangan berusaha mewujudkan bangsa dan
negara teokratis, dengan raja yang menduduki tahta tidak dinilai lebih tinggi
daripada warga Israel, kerena mereka sama-sama takluk pada hukum Yahweh (Ul
17:14). Kitab Ulangan tidak lain sebagai suatu reintrepetasi atau penerapan
hukum Musa (Ul 1:5).[7]
Karya ini menurut Vriezen[8]
disusun dengan tujuan memperbarui agama dan memperbaiki hidup kerohanian bangsa
Israel. Maka dalam Kitab Ulangan, diuraikan prinsip bahwa ritus-ritus yang
berlaku di bukit-bukit pengorbanan harus dihapuskan, bersama dengan Baalisme
dan segala ibadat yang lain, sehingga tinggal satu Bait Suci saja, yaitu bait
di Yerusalem (Ul 12). Pengarang sangat menentang segala macam penyembahan
berhala (ps. 13), menguatkan peraturan-peraturan berkenaan denghan ritus dan
upacara keagamaan (ps. 14), dan secara konkrit ditentukan peraturan-peraturan
yang mengatur masa-masa raya. Ditegakkan prinsip kemerdekaan warga Israel, dan
menuntut sistem pengadilan yang bebas dari segala macam korupsi (Ul 15:12;
16:18; 17:8; 19:14).
Peraturan-peraturan di atas kemudian
diterapkan dengan menghapuskan hak dan kewajiban para imam dan kaum Lewi yang
dahulu melayani di kuil-kuil desa, dan kegiatan para nabi diatur secara ketat
(Ul 13:18). Berbagai bentuk pertenungan dilarang (ps.18). Ditentukan
peraturan-peraturan peperangan, hak-hak warga negara, dan hukuman-hukuman atas
pelanggaran hukum. Israel sebagai umat Yahweh ditaklukkan pada Tora Yahweh.
Seluruh Kitab Ulangan berdasarkan
prinsip pemilihan Israel oleh Yahweh, yang mangandung unsur anugerah dan
tanggung jawab, maka berdasarkan prinsip itu umat pilihan tersebut harus
menjadi umat yang suci. Corak hidup mereka harus membawa kemuliaan bagi nama
Allah dan harus mencerminkan kesetiaan mereka kepada-Nya. Mereka harus hidup
dalam persekutuan persaudaraan sambil mempertahankan kemurniaan agama mereka.
4.5.4. Isi Kitab[9]
Pada tahun ke-40 setelah umat Israel meninggalkan Mesir, Musa
menegaskan kembali Hukum Allah kepada generasi yang baru, yang adalah anak cucu
umat Israel yang pertama meninggalkan Mesir dan sekarang diam di Lembah Moab,
sambil menanti saatnya untuk memasuki Tanah Perjanjian (Ulangan 29:1-5). Namun kitab Ulangan lebih dari sekedar ringkasan dari
Hukum Allah yang telah disampaikan melalui Musa di gunung Sinai. Kitab ini
merupakan suatu wahyu yang baru tentang Allah dan kasihNya. Dari Kejadian
sampai Bilangan, kasih Allah itu tak pernah disebut-sebut; namun sekarang,
empat kali Musa menegaskan: Ia mengasihi
nenek moyangmu....Tuhan mengasihi kamu (Ulangan 4:37; 7:7-8; 10:15; 23:5).
Berita yang disampaikan Musa kepada umat dimulai dengan
pengulangan kembali perjalanan mereka di padang gurun dan kegagalan yang
dialami oleh nenek moyang mereka (Ulangan 1:1-11). Juga ia mendorong mereka agar mentaati Firman Allah (Ulangan 4:1-40). Ia mengingatkan umat bahwa Tuhan telah mengadakan
perjanjian dengan mereka di Horeb (Gunung Sinai). Kemudian, sesudah menegaskan
kembali Kesepuluh Hukum kepada mereka (Ulangan 4:44; 5:33), Musa juga mengingatkan untuk tidak melupakan
Allah nenek moyang mereka, yang adalah satu-satunya Allah yang benar, dan
menasihatkan umat untuk tetap mengasihi Tuhan (Ulangan 6:1-25). Juga pentingnya ketaatan kepada Firman Tuhan
ditekankan dan perlunya mengajarkannya dengan giat kepada anak-anak mereka.
Termasuk dalam nasihat-nasihat ini adalah awasan tentang hukuman yang akan
menimpa para penyembah berhala dan bahayanya sikap bersandar kepada kemampuan
diri sendiri dan sikap melupakan Allah (Ulangan 8:1 - 10:5).
Musa juga menegaskan tentang kehidupan yang penuh dengan
ketaatan dan kasih dengan mengatakan: Maka
sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan
Allahmu, selain dari....mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan Allahmu, dengan
segenap hatimu....dan berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu (Ulangan 10:12-13). Nasihat ini diikuti dengan petunjuk mengenai tempat
beribadah di Tanah Perjanjian (Ulangan 12:10-14). Selain itu, mereka juga harus menghancurkan segala
bentuk agama yang palsu -- termasuk mezbah-mezbah, patung-patung dan kota-kota
yang menjadi pusat berhala-berhala. Setiap orang yang merayu orang lain untuk
menyembah berhala harus dibunuh (Ulangan 12:1-3,29-32; 13:1-18).
Juga kitab ini berisi nasehat-nasehat
tentang pemerintahan, kehidupan pribadi dan sosial, pentingnya memberi
persepuluhan dan korban-korban persembahan (Ulangan 12:5-28; 14:22-29), dan pelaksanaan tiga hari raya yang besar yaitu
Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun (Ulangan 16:1-17). Juga yang tidak kalah penting adalah nubuatan mengenai
seorang Nabi dari tengah-tengahmu, dari
antara saudara-saudaramu, sama seperti aku (Musa); dialah (Kristus) yang harus
kamu dengarkan (Ulangan 18: 15). Seribu lima ratus tahun kemudian, Petrus menerapkan
nubuatan ini kepada Kristus (Kisah 3: 22-23), sebagaimana juga dilakukan oleh Stefanus (Kisah 7:37; lihat juga Yoh 1:21).
Musa ingin membaharui kembali perjanjian Tuhan yang telah
disampaikan di gunung Sinai (Horeb) yang berisi di antaranya adalah
berkat-berkat terhadap ketaatan dan kutuk terhadap ketidaktaatan (Ulangan 27:1 - 28:68). Setelah menyeberang masuk ke Tanah Perjanjian,
umat Israel harus mempersembahkan korban bakaran dan korban perdamaian, dan
harus mengukirkan Hukum Allah pada dua tiang batu yang akan didirikan di gunung
Ebal di mana di tempat itu mereka juga harus mengucapkan kutuk terhadap
ketidaktaatan. Berkat-berkat untuk ketaatan harus disampaikan dari Gunung
Gerizim.
Musa kembali menasihatkan umat Israel untuk mengasihi Tuhan....mendengarkan suaraNya....
berpaut padaNya, sebab Ia adalah sumber kehidupanmu (Ulangan 30:20). Kemudian Musa disuruh menulis sebuah nyanyian yang
Allah berikan kepadanya dan kemudian mengajarkannya kepada umat sebagai saksi bagi-Ku (Allah) (Ulangan 31:19-22,30; 32:1-43). Kitab ini berakhir dengan Yosua, yang
diperintahkan oleh Musa untuk mengambil alih sebagai pemimpin umat Israel.
4.5.5. Teologi/ajaran[10]
a)
Pengakuan
iman (6:4-5) adalah ringkasan
pengakuan iman Israel yang disebut syema oleh orang Yahudi (kata pertama
dlm bhs Ibrani). Kata-kata itu harus dicamkan dalam hati orang Israel dan
mereka harus mengajarkannya dengan tekun kepada anak-anak mereka. Kata-kata itu
harus menjadi 'tanda' pada tangan dan 'lambang' di dahi mereka. Kata-kata itu
harus ditulis pada tiang pintu rumah dan pada pintu gerbang. Perintah itu, yang
segera menyusul Syema, telah menjadi bagian ibadat sehari-hari orang Yahudi.
Yesus memakai kata-kata dalam ayat 5 sebagai hukum pertama dan utama (Mat
22:37).
Pengakuan iman itu menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan
Allah Israel, khususnya dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya. Kata yang
dipergukan untuk “esa” adalah angka satu, sehingga arti harfiahnya ialah 'TUHAN
Allah kita, TUHAN, satu'.
b)
Allah yang
berkarya (19:2-4,13).
Kepercayaan ini merupakan bagian penting dalam kisah penciptaan, air bah dan
perjanjian Allah dengan Abraham. Dan yang paling agung terjadi pada saat Allah
menghadapi Firaun untuk membebaskan Israel. Dalam Kitab Ulangan karya Allah
dalam sejarah menjadi bagian dasar pandangan kitab ini, terutama karya yang
berkaitan dengan tuntutan Allah atas Israel pada waktu itu dan sesudah mereka
memasuki tanah perjanjian. Ulangan pasal 4 terdapat ayat-ayat yang menjelaskan
bahwa Musa mengingatkan bangsa Israel tentang segala karya Allah (ay
3,5,9,15-16,19-20,25-31,32-35).
c)
Pemilihan
Israel. Ajaran ini ditemukan dalam pemanggilan
Abraham (Kej 13:1-3;15:1-6), janji Allah ditujukan kepada keturunan Abraham.
Gagasan ini dikemukakan dalam panggilan Allah kepada Musa (Kel 3:6), dalam pemberian hukum Taurat di Sinai (bnd.
Kel 20:2,12), dan dalam sistem korban dalam Kitab Imamat (bnd. Im 18:1-5,24-30).
Janji itu disebutkan pada saat para pengintai diutus ke Kanaan (Bil 13:2) dan
dalam laporan Yosua dan Kaleb (14:8). Tetapi yang paling penting adalah
pemilihan Israel oleh Allah adalah gagasan yang meresapi Kitab Ulangan.
Kata yang sering dipakai untuk mengemukakan ajaran
pemilihan dalam Perjanjian Lama adalah kata kerja bakhar ('memilih')
yang banyak terdapat dalam Kitab Ulangan.[11]
Perlu diingat bahwa pemilihan Allah atas Israel dilaksanakan dengan menjadikan
mereka sebagai suatu bangsa yang baru. Pemilihan Allah itu bukanlah perbuatan
yang sewenang-wenang, seolah-olah Allah memilih suatu bangsa yang telah ada dan
merendahkan yang lainnya. Karya penyelamatan-Nya yang baru memerlukan bangsa
yang baru. Itulah sebabnya Ia memanggil Abraham dan membentuk satu bangsa yang
baru yang berasal dari keluarga Abraham dan dari peristiwa-peristiwa
sejarahnya.
d)
Perjanjian.
Ikatan yang muncul dari pemilihan
Allah atas Israel disebut “perjanjian”. Kata “perjanjian” yang sering muncul
dalam Perjanjian Lama tidaklah sama dengan “kontrak”. Kontrak mengandung quid
pro quo (sesuatu ganti sesuatu), misalnya “sesuatu yang saya terima, saya
setuju untuk membayar nilai yang sesuai”. Atau seperti maharaja yang
menaklukkan kerajaan kecil dan kemudian membebani kewajiban tertentu, upeti,
dsb.nya. Perjanjian dalam Alkitab tidak bersumber dari quid pro quo maupun
dari penaklukan. Perjanjian dalam Alkitab mulai dengan kasih: “karena TUHAN
mengasihi kamu” (7:8). Meskipun Israel gagal memenuhi kewajibannya, seperti
yang terjadi dalam masa pengembaraan di padang gurung, namun Allah tidak
membatalkan perjanjian-Nya (4:31).
Meskipun demikian bukan berarti Israel bukan tanpa
kewajiban dalam ikatan ini. Sebenarnya, hukum yang diberikan di Sinai, yang
diulangi Musa dengan penerapan yang praktis, terdiri dari kewajiban-kewajiban
sebagai akibat perjanjian itu. Allah dapat menghukum Israel karena
ketidaktaatan dan bahkan dapat menghukum seluruh Israel karena
ketidakpercayaan. Namun perjanjian-Nya tetap berlaku, semata-mata karena
sifat-Nya. Ulangan 8:1-6 merupakan perintah Allah yang disampaikan ulang oleh
Musa supaya Israel taat akan perintah-perintah Allah.
[1] Leslie J. Hoppe, Ulangan, dalam
Bergant&Karris (ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta, Kanisius,
2002), hal. 197
[2] John Balchin dkk., Intisari Alkitab
Perjanjian Lama,(Jakarta, PPA, 2005), hal.43, cet. ke-3
[3] I.J, Cairns, Tafsiran Alkitab, Kitab Ulangan Pasal 1-11, (Jakarta, 1994), hal.
1, cetakan kedua.
[4] W.S. LaSor dkk., Pengantar Perjanjian
Lama 1, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 2004), hal. 250, cet. ke-9
[5] Vriezen, …(Jakarta, 2001), hal. 249.
Lihat juga. David L. Baker, Mari...Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta, BPK
Gunung Mulia, 2004), hal. 44, cet.
ke-9, (edisi baru)
[6] Lebih jelas dan lengkap lihat penjelasan
Cairns, Op.Cit, hal 1-3
[9] www.sabda.org. Istilah-istilah kunci seperti mentaati dan melakukan
terdapat lebih dari 170 kali dalam kitab ini.
Mulia, 2004), hal.252-261, cet. ke-9
15 kali dalam 1-2 Raja-raja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar