TUHAN
TOLONGLAH KAMI !
(M A Z M
U R 90)
Iskak
Sugiyarto
Latar belakang sejarah
Peristiwanya (cerita sungguh \ dongeng ?) terjadi pada
masa akhir perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian (Kanaan), yang
mencapai masa kurang lebih 40 tahun. Selama di padang gurun bangsa Israel
mengalami banyak suka dan duka, mekipun ada pimpinan Tuhan tetapi terkadang
Tuhan terasa meninggalkan dan bahkan memberi hukuman yang ‘keji’. Memang
hukuman itu bukan tanpa sebab, tetapi bangsa Israel mengalami kekecewaan yang
besar karena telah keluar dari Mesir ke tanah janji yang belum jelas, ditambah
semrawutnya perjalanan di padang gurun.
Kisah
‘sejarah’ itu ada pada tulisan kitab Bilangan 14:1-35. Pasal itu menceritakan
lebih jelas latar belakang mengapa Musa berdoa demikian itu - Mazmur 90.
Bilangan 14 menuliskan terjadinya pemberontakan, karena kekecewaan bangsa
Israel terhadap keluarnya mereka dari Mesir dan
tujuan janji yang tidak jelas. Bangsa Israel capek berjalan tanpa tujuan
yang jelas dan juga belum berakhir, lebih-lebih Tuhan malah “membantai” sebagian umat karena murka-Nya.
Karena
kesal, Musa pun menaikkan doa kepada Tuhan; supaya Tuhan lebih serius dalam
menepati janji-Nya tentang tanah yang penuh berkah seperti yang pernah di
survei oleh dua pengintai yang baik (Bil 14:5-8). Jawaban Tuhan terhadap
pengaduan Musa adalah Dia akan tetap menepati janji-Nya tetapi Dia tidak akan
memberikan kepada mereka yang penuh sungut-sungut kecuali Kaleb dan Yosua
(ay.28-35).
Tujuan Mazmur
Secara umum
syair-syair dalam kumpulan Mazmur bertujuan sebagai doa dan pujian di tengah
umat, digunakan secara personal maupun komunal, dan biasanya Mazmur ini
dinaikkan dalam Bait Allah serta sebagai bahan liturgis dalam ibadah Isarel
(Lohfink:32). Khusus untuk Mazmur 90 ini diyakini sebagai hasil gubahan Musa,
yang memang mungkin ditulis bukan oleh Musa sendiri karena penulisan Mazmur
tidak bersamaan dengan zaman Musa – pasca Musa. Tetapi yang penting ditegaskan
di sini bahwa Mazmur 90 adalah sebagai doa, keluhan dan permohonan Musa kepada
Tuhan pada masa perjalanan Israel menuju ke tanah Kanaan. Mazmur ini ditulis
adalah sebagai pengingat bagi Israel bahwa mereka pernah memberontak kepada
Tuhan, dan Tuhan tetap mengasihi dengan konsekuensi.
Bentuk dan isi sastra
Mazmur 90 termasuk dalam jenis sastra atau syair yang
dinaikkan sebagai doa dan permohonan, atau juga sebagai mazmur ratapan kepada
Allah serta syafaat bagi umat. Baris-baris syair pada hakikatnya menyatakan
secara progresif melengkapi baris sebelumnya (kesejajaran sintetik).Syair doa
dan permohonan disampaikan kepada Tuhan karena Musa merasa bertanggung jawab
terhadap keluhan bangsa atau para pengikutnya. Dan dari syair ini dapat juga
dilihat bagaimana Musa mengadukan serta memperjuangkan keselamatan bangsanya
saat di padang gurun menuju tanah perjanjian (Kanaan).
Mazmur
ini diawali dengan pengagungan nama Tuhan yang tidak berawal dan sudah ada
sejak kekal, dikontraskan atau dirangkai dengan kefanaan dan tak berdayanya
manusia. Pada ayat berikutnya (7-12) disampaikan sebagai ingatan dari peristiwa
dalam Bilangan 14 – pemberontakan Israel, murka Tuhan, dan janji selamat, dan
akhir bagian ini (ay. 12) adalah doa supaya Tuhan mengajar bangsa Israel untuk
menghitung hari-harinya sehingga tidak bebal lagi melainkan beroleh hati yang
bijaksana. “Kembalilah ya Tuhan – berapa lama lagi? – dan sayangilah
hamba-hamba-Mu” (ay.13), adalah bagian akhir dari rangkaian doa; Isi adalah
permohonan supaya Tuhan kembali menunjukkan perbuatan ajaib dan setia-Nya
sekaligus meneguhkan perbuatan tangan bangsa Israel.
Makna Soteriologis ?
Sangat sulit
menghubungkan makna keselamatan pada masa dahulu “dulu dan di sana” kepada masa
sekarang “kini dan di sini”, karena memang berbeda tujuan dan konteks. Namun
keselamatan bagi Israel yang merupakan inisiatif dari Tuhan sendiri tetap
menuntut kesetiaan plus ketaatan akan
rencana dan kehendak Tuhan. Israel dahulu maunya adalah menerima
langsung tanah janji itu tanpa harus melalui hari-hari yang penuh jerih payah
dan tidak ada murka Tuhan. Tidak hanya satu-dua kali saja cerita kekecewaan
bangsa Israel dan ngomeli Tuhan
disampaikan. Mereka tidak menyadari bahwa mereka hanyalah debu (ay. 3) yang
kemudian dibentuk dan dipilih oleh Tuhan untuk diselamatkan serta dijadikan alat
keselamatan. Janji Tuhan akan tetap digenapi, bagi yang tidak setia dan taat
akan janji Tuhan akan menerima ganjarannya sendiri tetapi bagi yang taat dan
percaya akan menerima janji “keselamatan” itu sebagai upahnya.
Soteriologis “kini dan di sini”? Pertama, perlu disadari bahwa hidup ini adalah fana adanya dan
hanya tergantung kepada ‘kemauan’ Tuhan, seperti debu, mimpi, dan bunga yang
cepat layu. Kedua, penyangkalan dan
ketidak-taatan kita terhadap kehendak atau ’kemauan’ Tuhan adalah penjauhan
diri dari Tuhan dan mendekatkan gemas Tuhan kepada kita. Hanya orang yang
berhati bijaksana yang dapat mengerti kehendak Tuhan akan menikmati
anugerah-Nya. Ketiga, hanya jika
memohon pimpinan dan kasih sayang Tuhan saja kita akan menikmati hari-hari
penuh sukacita, berkah, dan perbuatan (-perbuatan) tangan Tuhan yang ajaib dalam
hidup kita.
Hidup ini adalah persiapan kepada penyempurnaan
keselamatan, dan hidup harus sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dari hidup
kita. Semoga dengan dedikasi penuh dan hati yang bijaksana (dari Tuhan)
pekerjaan tangan kita diteguhkan oleh Tuhan. Jadi pertolongan Tuhan-lah yang
kita perlu !?. AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar