Senin, 05 Oktober 2015

Mazmur 90 ; TUHAN TOLONGLAH KAMI !



TUHAN TOLONGLAH KAMI !
(M A Z M U R 90)
Iskak Sugiyarto

 

 Latar belakang sejarah

            Peristiwanya (cerita sungguh \ dongeng ?) terjadi pada masa akhir perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian (Kanaan), yang mencapai masa kurang lebih 40 tahun. Selama di padang gurun bangsa Israel mengalami banyak suka dan duka, mekipun ada pimpinan Tuhan tetapi terkadang Tuhan terasa meninggalkan dan bahkan memberi hukuman yang ‘keji’. Memang hukuman itu bukan tanpa sebab, tetapi bangsa Israel mengalami kekecewaan yang besar karena telah keluar dari Mesir ke tanah janji yang belum jelas, ditambah semrawutnya perjalanan di padang gurun.
Kisah ‘sejarah’ itu ada pada tulisan kitab Bilangan 14:1-35. Pasal itu menceritakan lebih jelas latar belakang mengapa Musa berdoa demikian itu - Mazmur 90. Bilangan 14 menuliskan terjadinya pemberontakan, karena kekecewaan bangsa Israel terhadap keluarnya mereka dari Mesir dan  tujuan janji yang tidak jelas. Bangsa Israel capek berjalan tanpa tujuan yang jelas dan juga belum berakhir, lebih-lebih Tuhan malah “membantai” sebagian umat karena murka-Nya.  
Karena kesal, Musa pun menaikkan doa kepada Tuhan; supaya Tuhan lebih serius dalam menepati janji-Nya tentang tanah yang penuh berkah seperti yang pernah di survei oleh dua pengintai yang baik (Bil 14:5-8). Jawaban Tuhan terhadap pengaduan Musa adalah Dia akan tetap menepati janji-Nya tetapi Dia tidak akan memberikan kepada mereka yang penuh sungut-sungut kecuali Kaleb dan Yosua (ay.28-35).

Tujuan Mazmur

              Secara umum syair-syair dalam kumpulan Mazmur bertujuan sebagai doa dan pujian di tengah umat, digunakan secara personal maupun komunal, dan biasanya Mazmur ini dinaikkan dalam Bait Allah serta sebagai bahan liturgis dalam ibadah Isarel (Lohfink:32). Khusus untuk Mazmur 90 ini diyakini sebagai hasil gubahan Musa, yang memang mungkin ditulis bukan oleh Musa sendiri karena penulisan Mazmur tidak bersamaan dengan zaman Musa – pasca Musa. Tetapi yang penting ditegaskan di sini bahwa Mazmur 90 adalah sebagai doa, keluhan dan permohonan Musa kepada Tuhan pada masa perjalanan Israel menuju ke tanah Kanaan. Mazmur ini ditulis adalah sebagai pengingat bagi Israel bahwa mereka pernah memberontak kepada Tuhan, dan Tuhan tetap mengasihi dengan konsekuensi.

Bentuk  dan isi  sastra

            Mazmur 90 termasuk dalam jenis sastra atau syair yang dinaikkan sebagai doa dan permohonan, atau juga sebagai mazmur ratapan kepada Allah serta syafaat bagi umat. Baris-baris syair pada hakikatnya menyatakan secara progresif melengkapi baris sebelumnya (kesejajaran sintetik).Syair doa dan permohonan disampaikan kepada Tuhan karena Musa merasa bertanggung jawab terhadap keluhan bangsa atau para pengikutnya. Dan dari syair ini dapat juga dilihat bagaimana Musa mengadukan serta memperjuangkan keselamatan bangsanya saat di padang gurun menuju tanah perjanjian (Kanaan).
Mazmur ini diawali dengan pengagungan nama Tuhan yang tidak berawal dan sudah ada sejak kekal, dikontraskan atau dirangkai dengan kefanaan dan tak berdayanya manusia. Pada ayat berikutnya (7-12) disampaikan sebagai ingatan dari peristiwa dalam Bilangan 14 – pemberontakan Israel, murka Tuhan, dan janji selamat, dan akhir bagian ini (ay. 12) adalah doa supaya Tuhan mengajar bangsa Israel untuk menghitung hari-harinya sehingga tidak bebal lagi melainkan beroleh hati yang bijaksana. “Kembalilah ya Tuhan – berapa lama lagi? – dan sayangilah hamba-hamba-Mu” (ay.13), adalah bagian akhir dari rangkaian doa; Isi adalah permohonan supaya Tuhan kembali menunjukkan perbuatan ajaib dan setia-Nya sekaligus meneguhkan perbuatan tangan bangsa Israel. 

 

Makna Soteriologis ?

             Sangat sulit menghubungkan makna keselamatan pada masa dahulu “dulu dan di sana” kepada masa sekarang “kini dan di sini”, karena memang berbeda tujuan dan konteks. Namun keselamatan bagi Israel yang merupakan inisiatif dari Tuhan sendiri tetap menuntut kesetiaan plus ketaatan akan rencana dan kehendak Tuhan. Israel dahulu maunya adalah menerima langsung tanah janji itu tanpa harus melalui hari-hari yang penuh jerih payah dan tidak ada murka Tuhan. Tidak hanya satu-dua kali saja cerita kekecewaan bangsa Israel dan ngomeli Tuhan disampaikan. Mereka tidak menyadari bahwa mereka hanyalah debu (ay. 3) yang kemudian dibentuk dan dipilih oleh Tuhan untuk diselamatkan serta dijadikan alat keselamatan. Janji Tuhan akan tetap digenapi, bagi yang tidak setia dan taat akan janji Tuhan akan menerima ganjarannya sendiri tetapi bagi yang taat dan percaya akan menerima janji “keselamatan” itu sebagai upahnya.
            Soteriologis “kini dan di sini”? Pertama, perlu disadari bahwa hidup ini adalah fana adanya dan hanya tergantung kepada ‘kemauan’ Tuhan, seperti debu, mimpi, dan bunga yang cepat layu. Kedua, penyangkalan dan ketidak-taatan kita terhadap kehendak atau ’kemauan’ Tuhan adalah penjauhan diri dari Tuhan dan mendekatkan gemas Tuhan kepada kita. Hanya orang yang berhati bijaksana yang dapat mengerti kehendak Tuhan akan menikmati anugerah-Nya. Ketiga, hanya jika memohon pimpinan dan kasih sayang Tuhan saja kita akan menikmati hari-hari penuh sukacita, berkah, dan perbuatan        (-perbuatan) tangan Tuhan yang ajaib dalam hidup kita. 
            Hidup ini adalah persiapan kepada penyempurnaan keselamatan, dan hidup harus sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dari hidup kita. Semoga dengan dedikasi penuh dan hati yang bijaksana (dari Tuhan) pekerjaan tangan kita diteguhkan oleh Tuhan. Jadi pertolongan Tuhan-lah yang kita perlu !?. AMIN.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar