1.2.
Kanonisasi Alkitab
Untuk mengerti lebih jelas apa yang
dimaksud dengan Kanon Alkitab Perjanjian Lama, marilah terlebih dahulu kita
mempelajari pengertian kata "Kanon".[1]
a. Arti Etimologis
"Kanon" berasal dari kata Yunani 'kanon', artinya "buluh".[2] Karena pemakaian buluh dalam kehidupan sehari-hari aman itu adalah untuk mengukur, maka kata "kanon" dipastikan memiliki arti harafiah sebagai batang tongkat/kayu pengukur atau penggaris. (Yeh. 40:3; 42:16 = tongkat pengukur).
b. Arti Figuratif
Namun demikian kata "kanon" juga memiliki arti figuratif sebagai peraturan atau standard norma (kaidah) dalam hal etika, sastra, dsb.
c. Arti Teologis
Dalam sejarah gereja abad pertama kata "kanon" dipakai untuk menunjuk pada peraturan atau pengakuan iman. Tetapi pada pertengahan abad keempat (dimulai oleh Athanasius), kata ini lebih sering dipakai untuk menunjuk pada Alkitab yang memiliki dua arti, yaitu:
Pertama, daftar naskah kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang telah memenuhi standard peraturan-peraturan tertentu, yang diterima oleh gereja sebagai kitab kanonik yang diakui diinspirasikan oleh Allah. Kedua Kumpulan kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang diterima sebagai Firman Tuhan yang tertulis, yang berotoritas penuh (menjadi patokan= Gal. 6:16) bagi iman dan kehidupan manusia.
Sifatnya membuktikan keotentikannya
Kitab-kitab PL sama dengan Kitab-kitab PB, yakni dilhamkan oleh Allah. ILHAM, PENGILHAMAN. Tapi Roh Kudus bekerja dalam hati umat Allah, sehingga mereka menerima Kitab-kitab itu sebagai Firman Allah, dan menundukkan diri kepada wibawa ilahinya. Pemeliharaan Allah secara khusus meliputi baik asal usul masing-masing kitab maupun pengumpulannya, oleh pemeliharaan Allah secara khusus inilah maka bilangan-bilangan Kitab PL seperti yang ada sekarang ini, tidak lebih dan tidak kurang.
Inilah kebenaran asasi mengenai Kanon PL dan asal usulnya. Dan apa yang telah dikatakan di atas mengandung gagasan, bahwa Allah menyediakan Kanon, Ia memakai manusia sebagai alat-Nya; perbuatan- perbuatan dan pemikiran-pemikiran manusia turut berperan dalam seluruh proses ini. Karena itu timbul persoalan. Apakah yang kita ketahui mengenai perbuatan-perbuatan dan penalaran manusia itu? Sejak kapan Kanon ini atau bagian-bagiannya diakui kanonik? Bagaimana cara pengumpulan Kitab-kitab kudus itu? Pengaruh siapa yang berperan dan menentukan dalam tahapan-tahapan perkembangannya yang bermacam-macam?
Data-data berikut perlu guna menjawab persoalan-persoalan itu. Tapi baiklah di perhatikan, bahwa data-data itu sedikit sekali, justru tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti berdasarkan data itu. Penelitian historis hanya menunjukkan sedikit peranan sinode-sinode atau lembaga-lembaga berwenang mengenai rumusan Kanon PL. Hal ini dapat dimaklumi, sebab tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti berdasarkan data itu. Penelitian historis hanya menunjukkan sedikit peranan sinode-sinode atau lembaga-lembaga berwenang mengenai rumusan Kanon PL. Hal ini dapat di maklumi, sebab itu diperlukan badan atau lembaga berwibawa seperti itu yang harus mendapat peranan besar dalam perumusannya. Alkitab memiliki wibawanya bukan dari pernyataan- pernyataan gerejawi, juga bukan dari wibawa manusia apa pun.
Alkitab bersifat autopistos, 'membuktikan sendiri keotentikannya' dengan menyinarkan sendiri wibawa ilahinya. Karena kesaksian Roh Kudus maka orang dimampukan menjadi cakap menangkap terang ini. Seperti dikatakan oleh Confessio Belgica (Pengakuan Iman Gereja-gereja di Nederland), art 5, 'Kita percaya tanpa sedikit meragukan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya; bukan karena gereja menerimanya dan menganggapnya demikian, tapi khususnya Roh Kudus memberi kesaksian di dalam hati kita, bahwa kitab-kitab itu datangnya dari Allah'(bdn Westminster Confession, I, 4, 5). Konsili-konsili gereja dan badan- badan yang berwibawa lainnya telah mengambil kesimpulan mengenai kanon itu, dan pertimbangan-pertimbangan ini memang mempunyai fungsi penting dalam menjadikan Kanon itu diakui. Tapi bukan suatu konsili gereja, juga bukan wibawa manusia apa pun yang lain, yang membuat Kitab-kitab dari Alkitab itu menjadi Kanon atau yang memberikan wibawa ilahi kepadanya. Kitab-kitab itu pada dirinya memiliki sendiri dan menggunakan sendiri wibawa ilahinya sebelum badan-badan seperti itu membuat pernyataan mereka; wibawa kitab-kitab itu diakui dikelompok besar ataupun kelompok kecil. Konsili-konsili gerejawi tidak memberikan wibawa ilahi kepada Kitab-kitab itu, tapi mereka justru beroleh dan mengakui bahwa Kitab-kitab itu memiliki wibawa dan menggunakannya.
a. Arti Etimologis
"Kanon" berasal dari kata Yunani 'kanon', artinya "buluh".[2] Karena pemakaian buluh dalam kehidupan sehari-hari aman itu adalah untuk mengukur, maka kata "kanon" dipastikan memiliki arti harafiah sebagai batang tongkat/kayu pengukur atau penggaris. (Yeh. 40:3; 42:16 = tongkat pengukur).
b. Arti Figuratif
Namun demikian kata "kanon" juga memiliki arti figuratif sebagai peraturan atau standard norma (kaidah) dalam hal etika, sastra, dsb.
c. Arti Teologis
Dalam sejarah gereja abad pertama kata "kanon" dipakai untuk menunjuk pada peraturan atau pengakuan iman. Tetapi pada pertengahan abad keempat (dimulai oleh Athanasius), kata ini lebih sering dipakai untuk menunjuk pada Alkitab yang memiliki dua arti, yaitu:
Pertama, daftar naskah kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang telah memenuhi standard peraturan-peraturan tertentu, yang diterima oleh gereja sebagai kitab kanonik yang diakui diinspirasikan oleh Allah. Kedua Kumpulan kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang diterima sebagai Firman Tuhan yang tertulis, yang berotoritas penuh (menjadi patokan= Gal. 6:16) bagi iman dan kehidupan manusia.
Sifatnya membuktikan keotentikannya
Kitab-kitab PL sama dengan Kitab-kitab PB, yakni dilhamkan oleh Allah. ILHAM, PENGILHAMAN. Tapi Roh Kudus bekerja dalam hati umat Allah, sehingga mereka menerima Kitab-kitab itu sebagai Firman Allah, dan menundukkan diri kepada wibawa ilahinya. Pemeliharaan Allah secara khusus meliputi baik asal usul masing-masing kitab maupun pengumpulannya, oleh pemeliharaan Allah secara khusus inilah maka bilangan-bilangan Kitab PL seperti yang ada sekarang ini, tidak lebih dan tidak kurang.
Inilah kebenaran asasi mengenai Kanon PL dan asal usulnya. Dan apa yang telah dikatakan di atas mengandung gagasan, bahwa Allah menyediakan Kanon, Ia memakai manusia sebagai alat-Nya; perbuatan- perbuatan dan pemikiran-pemikiran manusia turut berperan dalam seluruh proses ini. Karena itu timbul persoalan. Apakah yang kita ketahui mengenai perbuatan-perbuatan dan penalaran manusia itu? Sejak kapan Kanon ini atau bagian-bagiannya diakui kanonik? Bagaimana cara pengumpulan Kitab-kitab kudus itu? Pengaruh siapa yang berperan dan menentukan dalam tahapan-tahapan perkembangannya yang bermacam-macam?
Data-data berikut perlu guna menjawab persoalan-persoalan itu. Tapi baiklah di perhatikan, bahwa data-data itu sedikit sekali, justru tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti berdasarkan data itu. Penelitian historis hanya menunjukkan sedikit peranan sinode-sinode atau lembaga-lembaga berwenang mengenai rumusan Kanon PL. Hal ini dapat dimaklumi, sebab tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti berdasarkan data itu. Penelitian historis hanya menunjukkan sedikit peranan sinode-sinode atau lembaga-lembaga berwenang mengenai rumusan Kanon PL. Hal ini dapat di maklumi, sebab itu diperlukan badan atau lembaga berwibawa seperti itu yang harus mendapat peranan besar dalam perumusannya. Alkitab memiliki wibawanya bukan dari pernyataan- pernyataan gerejawi, juga bukan dari wibawa manusia apa pun.
Alkitab bersifat autopistos, 'membuktikan sendiri keotentikannya' dengan menyinarkan sendiri wibawa ilahinya. Karena kesaksian Roh Kudus maka orang dimampukan menjadi cakap menangkap terang ini. Seperti dikatakan oleh Confessio Belgica (Pengakuan Iman Gereja-gereja di Nederland), art 5, 'Kita percaya tanpa sedikit meragukan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya; bukan karena gereja menerimanya dan menganggapnya demikian, tapi khususnya Roh Kudus memberi kesaksian di dalam hati kita, bahwa kitab-kitab itu datangnya dari Allah'(bdn Westminster Confession, I, 4, 5). Konsili-konsili gereja dan badan- badan yang berwibawa lainnya telah mengambil kesimpulan mengenai kanon itu, dan pertimbangan-pertimbangan ini memang mempunyai fungsi penting dalam menjadikan Kanon itu diakui. Tapi bukan suatu konsili gereja, juga bukan wibawa manusia apa pun yang lain, yang membuat Kitab-kitab dari Alkitab itu menjadi Kanon atau yang memberikan wibawa ilahi kepadanya. Kitab-kitab itu pada dirinya memiliki sendiri dan menggunakan sendiri wibawa ilahinya sebelum badan-badan seperti itu membuat pernyataan mereka; wibawa kitab-kitab itu diakui dikelompok besar ataupun kelompok kecil. Konsili-konsili gerejawi tidak memberikan wibawa ilahi kepada Kitab-kitab itu, tapi mereka justru beroleh dan mengakui bahwa Kitab-kitab itu memiliki wibawa dan menggunakannya.
Inspirasi Alkitab[3]
Inspirasi
berarti proses dimana Allah campur-tangan terhadap para penulis Alkitab melalui
pekerjaan Roh Kudus atas diri penulis, sehingga apa yang mereka tulis merupakan
kata-kata asli mereka, tetapi sekaligus juga merupakan catatan yang akurat dari
wahyu Allah yang tidak mengandung kesalahan. Bukan seperti seorang sekretaris
yang secara mekanis didikte oleh atasannya untuk mengetik surat, tapi dengan
berbagai cara yang Allah gunakan untuk memberikan Firman-Nya kepada manusia (2
Tim 3:16; 2 Pet 1:20-21).
Dalam
2 Tim 3:16 tertulis: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan
untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Dalam
bahasa Inggris: "All Scripture is God breathed and is useful for
teaching,.." Kata God breathed
di sini berarti sebagai 'penghembusan' (peniupan nafas) Ilahi kepada seorang
manusia melalui Roh Kudus, yang mengakibatkan seorang tersebut berbicara atau
menulis dengan kualitas, penglihatan, ketetapan dan otoritas yang tidak mungkin
ada dalam kalimat atau tulisan orang lain yang tidak digerakkan Roh Kudus. Di
sini Allah menafaskan Firman-Nya. Dengan demikian, maka pengarang Alkitab itu
Allah sendiri. Alkitab bukan berisi Firman Allah, melainkan Alkitab sendiri adalah
Firman Allah.Jadi meskipun Alkitab dituliskan oleh tangan-tangan manusia biasa,
tetapi sumber tertinggi adalah Allah sendiri (2 Pet 1:21). Para penulis itu
digerakkan oleh inisiatif Roh Kudus, mereka tidak sanggup menolak gerakan Allah
untuk berkata-kata dan menuliskan Firman-Nya (Yer 20:9; Am 3:8).
Walaupun
Allah mengontrol penulisnya, sehingga apa yang ditulis mereka hanyalah apa yang
dikehendaki-Nya, para penulis tetap menggunakan pikiran dan kepribadian mereka
sendiri selama proses penulisan tersebut. Hal ini begitu jelas terlihat dalam
perbedaan gaya tulisan dan pendekatan yang digunakan masing-masing penulis
tersebut. Melalui keunikan pribadi penulis tersebut, Allah tetap dapat
menyampaikan Firman-Nya. Dengan demikian wajar bila di dalam Alkitab termuat
hal-hal yang cukup membuat para intelektual terpesona dan kagum, tetapi
orang-orang biasa pun tetap dapat membaca dan memahaminya, dan bila dibaca
dengan hati yang hormat pada Allah, mereka akan menemukan Allah sendiri di
dalamnya.
Ketika
kita membaca bagian-bagian Alkitab, kita tidak boleh melepaskan bagian tersebut
dari konteksnya. Kita harus mencari apa yang ingin Allah ajarkan pada
bagian-bagian tersebut. Alkitab bahkan tidak menutup-nutupi dosa para tokoh
yang dipakai Allah, misalnya: Daud yang berzinah dengan Betsyeba dan membunuh
Uria (2 Sam 11), Yunus yang melarikan diri dari tugas yang diberikan Allah (Yun
1:1-3). Hal-hal ini menunjukkan kejujuran Alkitab.
Inti berita yang
Alkitab sampaikan adalah:
a)
Manusia diciptakan segambar dengan Allah untuk tujuan
yang mulia (Kej 1:26-28; Yoh 10:10; Ef 2:10)
b)
Manusia jatuh ke dalam dosa karena telah melanggar Firman
Allah dan akibatnya adalah: kematian rohani, manusia terputus hubungan dari
Allah, dan akhirnya manusia akan mengalami maut, kematian kekal. Namun Allah
telah menjanjikan anugerah keselamatan (Kej 3; Rom 3:23; Rom 6:23)
c)
Karena kasih-Nya, Allah telah memberikan Putra-Nya, Yesus
Kristus, untuk mati menebus manusia yang mau percaya kepada-Nya, dan bangkit
untuk menyediakan tempat bagi mereka (Rom 8:1)
d)
Kristus akan datang lagi di akhir zaman, sebagai Hakim
Agung atas dunia ini.
Tanda-tanda kanonitas
meliputi:
a)
Kitab tersebut ditulis atau disahkan oleh para
nabi/rasul.
b)
Kitab tersebut diakui otoritasnya di kalangan gereja
mula-mula.
c)
Kitab tersebut mengajarkan hal yang selaras dengan
kitab-kitab lainnya yang jelas termasuk dalam kanon.
Kanon Perjanjian Lama
(PL)
Diawali
oleh tulisan Musa, koleksi kanon PL yang mayoritas dalam bahasa Ibrani secara
progresif akhirnya terbentuk sejak sekitar tahun 400 SM.[4]
a)
Loh batu yang berisi 10 hukum ditaruh dalam Tabut
Perjanjian (Kel 40:20). Loh batu tersebut masih dalam tabut ketika Salomo
membawa tabut tersebut ke dalam Bait Allah yang baru saja didirikan (1 Raj
8:9).
b)
Kitab Taurat yang ditulis oleh Musa ditaruh di samping
tabut Tuhan sebagai saksi atas kesalahan Israel (Ul 31:24-26; Kel 24:7).
c)
Yosua menulis sebuah kitab yang melanjutkan kitab Taurat
(Yos 24:26).
d)
Samuel menulis sebuah kitab, lalu ditaruh di hadapan
Tuhan (1 Sam 10:25).
e)
Allah menggerakan orang lain untuk melanjutkan mencatat,
misalnya: Kisah Daud oleh Nathan dan Gad (1 Taw 29:29), Kisah Salomo oleh:
Nathan, Ahia, Ido (2 Taw 9:29)
f)
Banyak mazmur yang ditulis oleh Daud, dan kitab nabi-nabi
yang memakai nama nabi-nabi tersebut.
g)
Dalam Yeremia 36:1-32 menceritakan Yeremia setelah
bernubuat selama 23 tahun, baru diperintahkan Allah untuk menuliskannya.
Setelah ditulis, kemudian dibacakan di hadapan raja Yoyakim. Tetapi raja
membakar gulungan tulisan tersebut. Kemudian Allah menggerakkan Yeremia untuk
menulis lagi dan memberikan Yeremia banyak berita lagi. Dalam Yeremia 36:25
ditulis ada orang-orang yang memohon supaya raja jangan membakar gulungan
tulisan tersebut. Ini menunjukkan bahwa mereka percaya gulungan tulisan
tersebut adalah Firman Allah.
h)
Ketika Israel ditawan ke Babilonia, mereka membawa serta
kitab Taurat. Sebab Ezra menyelidiki Taurat di Babilonia dan membawa Taurat
tersebut kembali ke Yerusalem (Ezra 7:6,14; Nehemia 8:1-2). Yang dimaksudkan
Taurat (the Book of the Law) di sini diperkirakan adalah seluruh kitab PL yang
telah ditulis saat itu.
i)
Diperkirakan Ezra yang mengumpulkan semua kitab nabi-nabi
paling akhir dalam PL dan menyatukannya menjadi kanon yang paling lengkap pada
tahun 400 SM.
j)
Sekitar tahun 200 SM (sekitar 280-150 SM), PL diterjemahkan
ke dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta. Penterjemahan ini dilakukan di
Mesir. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang tinggal di Mesir. Fakta bahwa
pada waktu itu PL telah diterjemahkan, berarti bahwa kanon PL telah lengkap dan
semua kitab itu diterima sebagai Alkitab.
Pembagian Kitab dalam
Perjanjian Lama sesuai Kanon:
Taurat. Terdiri dari
lima kitab: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan. Disebut juga Kitab
Pentateukh (artinya lima volume). Penulisnya adalah Musa. Kitab Kejadian
membicarakan permulaan dari segala sesuatu. Keempat kitab yang lain
membicarakan hal permulaan bangsa Israel, sebuah bangsa yang dipilih Allah
untuk menyatakan karya keselamatan-Nya bagi seluruh dunia.
Sejarah. Terdiri dari
12 kitab: Yosua, Hakim-hakim, Ruth, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2
Raja-raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan Ester. Membicarakan
tentang jatuh bangunnya bangsa Israel selama kurun waktu sekitar 1000 tahun:
a)
Israel menduduki Kanaan.
b)
Kebimbangan Israel di masa hakim-hakim.
c)
Kebangkitan Israel di masa Saul, Daud dan Salomo.
d)
Kerajaan Israel yang terpecah setelah Salomo wafat:
Kerajaan Utara, runtuh tahun 722 SM; dan Kerajaan Yehuda, runtuh sekitar seabad
setelah itu. Tiga kitab terakhir (Ezra, Nehemia, dan Ester) mencatat sejarah
kaum Israel yang tersisa setelah masa pembuangan di Babilonia.
Nyanyian. Terdiri dari
lima kitab: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Mereka disebut
kitab nyanyian/puisi karena bentuk tulisannya memang demikian. Ciri khusus
kitab puisi Ibrani adalah 'sense rhythm' atau pengulangan gagasan.
Nubuatan. Terdiri dari:
a)
Lima kitab nabi besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan,
Yehezkiel dan Daniel.
b)
12 kitab nabi kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus,
Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakaria dan Maleakhi.
Para
nabi ini muncul untuk menyuarakan Firman Tuhan, khususnya di masa
pemberontakan, masa kemunduran dan jatuhnya kerajaan Israel dan Yehuda. Para
nabi menyatakan tentang penghakiman dan pemulihan bagi dua kerajaan tersebut
(Kerajaan Utara dan Yehuda).Setelah Kitab Maleakhi, di antara PL dan PB
(Perjanjian Baru), menjelang kelahiran Kristus, ada masa saat “Allah diam”
(tidak ada inspirasi) selama 400 tahun.
Alkitab (PL dan PB)
sebagai Firman Allah
Alkitab
adalah Firman Allah, oleh karena itu Alkitab memiliki beberapa karakteristik
yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab manapun:
Berkuasa. Alkitab
berkuasa dan memiliki wibawa tertinggi bagi kehidupan manusia. Alkitab
menyatakan apa yang benar dan salah secara mutlak, sehingga manusia wajib
mempercayai dan mengikutinya.
Cukup. Alkitab cukup
untuk menyatakan kehendak Allah kepada manusia sesuai dengan yang Allah
nyatakan. Alkitab tidak perlu ditambah atau dikurangi. Tidak ada kitab lain
yang memiliki nilai otoritas dan kuasa yang setara dengan Alkitab. Tidak ada
ayat di dalam Alkitab yang boleh dibuang dan dinyatakan tidak berlaku sampai
akhir dunia ini.
Tidak bisa
khilaf (infallible). Karena Alkitab merupakan Firman Allah yang
dituliskan melalui pengilhaman Roh Kudus, maka Alkitab tidak bersalah sedikit
pun (tidak mungkin menyesatkan/khilaf) dalam maksud dan ajarannya.
Tidak bisa
salah (inerrancy). Alkitab tidak bisa salah karena bukan produk
manusia. Alkitab diilhamkan oleh Allah yang Maha Benar sendiri dan Roh Kudus
turut berperan dalam penulisannya. Karena itu Alkitab tidak bisa salah dalam
ajaran, maksud dan juga kalimat-kalimatnya (baik secara geografis, historis,
maupun teologis). Pemahaman ini khususnya menunjuk pada setiap huruf pada
naskah asli Alkitab, yang tidak bersalah hingga detil terkecil.
Susunan Kanon Ibrani dan Kanon Yunani
Kanon Ibrani = Susunan Alkitab Bahasa Ibrani
|
Kanon Yunani = Susunan Alkitab Bahasa Indonesia
|
||||
1. Taurat (tora)
|
|
1. (1) Kejadian (2) Keluaran (3) Imamat
(4) Bilangan (5) Ulangan
|
1. Taurat
|
|
(1) Kejadian (2) Keluaran (3)
Imamat (4) Bilangan (5) Ulangan
|
2. Nabi-nabi (nevi'im)
|
a) Nabi-nabi yg terdahulu
|
(6) Yosua (7) Hakim-hakim (8)
Samuel (9) Raja-raja
|
2. Sejarah
|
a) Sejarah yg pertama
|
(6)Yosua (7) Hakim-hakim (8) Rut
(9) 1 Samuel (10) 2 Samuel (11) 1 Raja-raja (12) 2 Raja-raja
|
|
b) Nabi-nabi yg kemudian
|
(10) Yesaya (11) Yeremia (12)
Yehezkiel (13) 12 nabi
|
|
b) Sejarah yg kedua
|
(13) 1 Taw (14) 2 Taw (15)
Ezra (16) Nehemia (17) Ester
|
3. Kitab-kitab (ketuvim)
|
|
(14) Mazmur (15) Amsal. (16)
Ayub (17) Kidung Agung (18) Rut (19) Ratapan (20) Pengkhotbah (21) Ester (22) Daniel (23) Ezra-Nehemia (24) Tawarikh
|
3. Sastra
|
|
(18) Ayub (19) Mazmur (20)
Amsal (21) Pengkhotbah (22) Kidung
Agung
|
|
4. Nubuat
|
a) Nabi-nabi besar
|
(23) Yesaya (24) Yeremia (25)
Ratapan (26) Yehezkiel (27)
Daniel
|
||
|
b) Nabi-nabi kecil
|
(28) Hosea (29) Yoel (30) Amos
(31) Obaja (32) Yunus (33) Mikha (34)
Nahum (35) Habakuk (36) Zefanya (37) Hagai (38) Zakharia (39) Maleakhi
|
[1] Andrew
E. Hill & John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama : Pembentukan Kitab-kitab Perjanjian Lama, (Malang, Gandum
Mas, 1991), hal. 19
[2] Kata
Yunani kanon, berasal dari bahasa Semit (bnd Ibrani qaneh, Yeh. 40:3 dst). Pada mulanya berarti alat pengukur, kemudian
dalam arti kiasan berarti 'peraturan'. Lihat J.D. Douglas, Ed., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,
Jilid A-L: Kanon Perjanjian Lama, (Jakarta,
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), hal. 510.
[3] Suzianty
Herawati, sumber-sumber yang digunakan adalah: a) Trivena Ambarsari, Bibliologi
- Doktrin Alkitab, Momentum. b)
Miriam Santoso S. Th, Bibliologi-Pengantar Alkitab, Seminari Alkitab
Asia Tenggara, Malang. c) J. Wesley
Brill, Dasar Yang Teguh , (Bandung, Kalam Hidup).
[4] Perjanjian
Lama disusun selama periode seribu tahun lebih yang kira-kira dimulai sekitar
pertengahan milenium kedua sampai ke pertengahan milenium pertama SM. Walaupun
Perjanjian Baru menguraikan bahwa Allah adalah pengarang Perjanjian Lama dengan
ilham Roh Kudus (2Timotius 3:16), paling tidak empat puluh orang telah disebut
sebagai penulisnya. Teks Perjanjian Lama semula dicatat dalam dua bahasa,
bahasa Ibrani klasik atau alkitabiah dan bahasa kerajaan Aram (Kejadian 31:47;
Yeremia 10:11; Ezra 4:8 - 6:18; 7:12-26 saja). Di antara para penulis kuno itu
terdapat tokoh-tokoh Alkitab yang terkenal seperti Musa, Daud, dan Salomo.
Penulis-penulis yang kurang dikenal termasuk wanita-wanita Ibrani seperti
Debora (bandingkan Hak. 5:1) dan Miriam (bd. Keluaran 15:20-21) serta orang bukan Ibrani seperti Agur
dan Lemuel (bd. Amsal 30:1; 31:1). Perjanjian Lama terdiri atas empat gaya atau
jenis sastra dasar, termasuk hukum, kisah sejarah, syair, dan perkataan nubuat.
(Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama:Pembentukan
Kitab-kitab Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 1991, hal. 19.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar