Minggu, 01 April 2012

Mengapa Belajar Perjanjian Lama?



1.1. Mengapa belajar Perjanjian Lama[1]?
           Umat Kristen pada umumnya dapat menerima Alkitab Perjanjian Baru (PB) dengan mudah karena Alkitab PB adalah dokumen yang memberi kesaksian tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan dan pengajaran Kristus yang penuh kuasa serta sejarah pendirian gereja- Nya. Tetapi, bagaimana dengan Perjanjian Lama (PL)? Sering umat Kristen bertanya, apakah gunanya mempelajari kitab-kitab PL? Bukankah PL lebih banyak berbicara tentang cerita usang dari sejarah bangsa Yahudi (Israel) dan tentang raja-raja dan nabi-nabi dan tokoh-tokoh yang tidak ada hubungan langsung dengan kita sekarang? Dapatkah kita menerima keseluruhan PL sebagai Firman Allah yang berotoritas mutlak dalam hidup kita?
           Pertanyan-pertanyaan di atas sangat penting untuk dijawab. Pelajaran pertama dari Pengantar Perjanjian Lama (PPL) ini akan menolong kita untuk melihat PL dari sudut pandang keseluruhan kebenaran Alkitab supaya kita dapat melihat dengan jelas relevansinya bagi kehidupan Kristen kita sekarang.
Marilah kita mulai dengan menjawab pertanyaan, mengapa penting mempelajari Perjanjian Lama?

a. Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah
           Cara Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia adalah dengan memberikan Penyataan Umum dan Penyataan Khusus, yaitu melalui alam, sejarah, hati nurani manusia dan juga melalui Firman dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam Penyataan-penyataan inilah Allah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya kepada manusia (Rom 1:19-20; Yes. 52:10).
           Dalam Perjanjian Lama, Allah memakai hamba-hamba-Nya, dengan latar belakang satu bangsa, yaitu bangsa Israel, untuk menjadi sarana dalam menyampaikan Penyataan-penyataan rencana-Nya kepada manusia (Yes 49:6). Oleh karena itu sejarah lahirnya bangsa Israel dan bagaimana Allah menyertai, menghukum dan memberkati bangsa ini (yang kita pelajari melalui kitab-kitab PL) seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan iman Kristen. Karena melalui sejarah bangsa ini Allah sebenarnya sedang memberitahukan kepada manusia tentang Diri-Nya; siapakah Dia dan apakah rencana- Nya bagi umat manusia, termasuk rencana-Nya bagi kita yang hidup sekarang. Dengan mempelajari PL, maka kita akan melihat bagaimana Allah secara progresif menyatakan Diri-Nya untuk dikenal; pertama melalui bangsa pilihan-Nya (Israel), lalu selanjutnya melalui orang- orang yang dipilih-Nya pada masa Perjanjian Baru (Rom 1:16).

b. Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah
           Di balik cerita sejarah bangsa Israel, PL juga menjadi bukti penting akan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta yang diciptakan- Nya, termasuk di dalamnya manusia. Dialah yang mengawasi sejarah dan yang akan menyelesaikan rencana-Nya tepat pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya (Fil 1:6). Dia juga yang memilih hamba-hamba-Nya sesuai dengan kedaulatan-Nya untuk melaksanakan rencana kekal-Nya. Di sini sekaligus PL juga menjadi bukti penyataan progresif akan kesetiaan Allah (Yes. 25:1). Allah turut bekerja dalam sejarah, termasuk ketika Israel tidak taat, tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya (Rom 3:3). Oleh karena itu kitab-kitab PB tidak mungkin dilepaskan dari PL; Allah PB adalah juga Allah PL yang setia melaksanakan rencana kedaulatan-Nya (keselamatan) bagi umat pilihan- Nya.

c. Perjanjian Lama adalah Firman Allah
           Mengakui bahwa PL adalah Firman Allah adalah bagian yang penting dari iman Kristen, karena apabila kita mengakui otoritasnya maka berarti kita bersedia tunduk pada otoritas tsb. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana kita tahu dan yakin bahwa kitab- kitab PL adalah Firman Allah yang berotoritas? Berikut ini adalah beberapa bukti bahwa PL adalah Firman Allah.

Bukti dari dalam Alkitab sendiri:
*) Yesus mengakui otoritas PL Selama Yesus hidup di dunia Ia mengakui otoritas PL secara penuh. Hal ini terbukti jelas dalam kitab-kitab Injil bagaimana Yesus selalu mengutip PL untuk menunjukkan dasar otoritas dan pengajaran-Nya. Misalnya pada waktu Ia dicobai (Matius 4:1-11). Juga ketika Yesus harus mengklaim kedudukan-Nya sebagai Anak Allah (Yohanes 10:31-36). Sikap Yesus yang menjunjung tinggi PL cukup menjadi bukti bahwa PL memiliki otoritas sebagai Firman Allah.
*) Para Rasul mengakui otoritas PL Diantara para Rasul tidak ada bukti satupun yang
    memperlihatkan bahwa mereka tidak mempercayai PL sebagai inspirasi dari Allah. Di
    antara para rasul, Paulus adalah yang paling jelas memberikan pengakuan secara penuh
    akan otoritas PL. 2 Tim. 3:16, "tulisan" yang dimaksud pada waktu itu adalah tulisan
    dari kitab-kitab PL.
*) Para penulis Alkitab mengakui otoritas PL Pola pengakuan otoritas PL juga dijumpai
    pada penulis-penulis PB lain, seperti Yakobus atau penulis kitab Ibrani. Mereka melihat
    PL bukan sebagai rangkaian sejarah dan peraturan yang mati, tetapi merupakan kisah
    yang hidup tentang karya Allah yang menyelamatkan manusia (Yak 1:22-23; Ibr. 4:12).

Bukti dari luar Alkitab:
*) Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima pengakuan akan otoritas PL melalui
    pengkanonan Alkitab. Dinyatakan bahwa masing-masing Kitab PL menunjukkan sifat 
    yang tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman ilahi.
*) Allahlah yang memberi inspirasi kepada para penulis PL. Itulah sebabnya sekalipun
    para penulis PL hidup pada zaman dan latar belakang yang berbeda, berita yang mereka
    sampaikan tidak ada yang saling bertentangan, malah sebaliknya memberikan satu
    benang merah berita yang menunjuk pada karya keselamatan Allah.
*) Secara praktis terbukti bahwa kitab-kitab PL telah menjadi standard kebenaran dan
    memberikan manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia, karena Allahlah
    yang ada di balik penulisan itu.

d. Perjanjian Lama berisi Nubuatan bagi Perjanjian Baru
           Kitab-kitab dalam PL banyak menunjuk pada nubuatan-nubuatan yang akhirnya digenapi pada masa PB (Mat. 9:31; Luk 24:44; Rom 10:4). Keseluruhan dan kelengkapan berita keselamatan harus dimulai dari PL dan diakhiri dengan PB; sehingga jelas keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu PL harus dipelajari sebagai sumber dan landasan untuk mengerti penggenapan rencana agung Allah.
Kitab-kitab dalam PL juga penuh dengan tipologi-tipologi yang kalau dipelajari akan menolong pembaca kitab-kitab PB untuk mengerti lebih jelas KEUTUHAN KESELURUHAN KEBENARAN Alkitab.



[1] David L. Baker, Mari Mengenal.... Perjaniian Lama, (Jakarta, PT . BPK Gunung Mulia, 2004), hal. 13-14 (edisi baru) :
a) Perjanjian Lama merupakan Alkitab Tuhan Yesus
·         Yesus mengenal sejarah Perjanjian Lama (Mis. Yoh 3:14; bnd Bil 21:4-9);
·         Yesus mendasarkan pengajaran-Nya pada Perjanjian Lama (lihat Mat 5:17; bnd. Mark 11:17);
·         Yesus menggunakan Perjanjian Lama untuk menentang Iblis (lihat Mat 4:1-11);
·         Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam diri-Nya (mis. Luk 4:16-21; Yoh 15:25).
b) Perjanjian Lama sering dikutip oleh penulis Perjanjian Baru. Ada kurang 2650 kutipan dari Perjanjian Lama di dalam Perjaniian Baru, yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung dan 2300 kutipan tidak langsung serta persamaan bahasa.
c) Perjanjian Lama merupakan dasar untuk memahami Perjanjian Baru, antara lain:
·         dari segi bahasa (bahasa Yunani dalam Perjanjian Baru banyak dipengaruhi oleh bahasa Perjanjian Lama);
·         dari segi sejarah ( sejarah Perjanjian Lama dilanjutkan oleh sejarah Perjanjian Baru);
·         dari segi teologi (tema-tema teologi Perjanjian Lama, seperti penciptaan, dosa, hukuman, pertobatan, korban, keselamatan, dsb. Menjadi dasar teologi Perjanjian Baru).
d) Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan Firman Allah. Allah berbicara (berfirman) melalui Perjanjian Lama, sebagaimana juga melalui Perjanjian Baru, untuk menyatakan kasih-Nya dan menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar