Minggu, 01 April 2012

Kanonisasi Alkitab



1.2. Kanonisasi Alkitab
           Untuk mengerti lebih jelas apa yang dimaksud dengan Kanon Alkitab Perjanjian Lama, marilah terlebih dahulu kita mempelajari pengertian kata "Kanon".[1]

a. Arti Etimologis
           "Kanon" berasal dari kata Yunani 'kanon', artinya "buluh".[2] Karena pemakaian buluh dalam kehidupan sehari-hari aman itu adalah untuk mengukur, maka kata "kanon" dipastikan memiliki arti harafiah sebagai batang tongkat/kayu pengukur atau penggaris. (Yeh. 40:3; 42:16 = tongkat pengukur).

b. Arti Figuratif
           Namun demikian kata "kanon" juga memiliki arti figuratif sebagai peraturan atau standard norma (kaidah) dalam hal etika, sastra, dsb.

c. Arti Teologis
           Dalam sejarah gereja abad pertama kata "kanon" dipakai untuk menunjuk pada peraturan atau pengakuan iman. Tetapi pada pertengahan abad keempat (dimulai oleh Athanasius), kata ini lebih sering dipakai untuk menunjuk pada Alkitab yang memiliki dua arti, yaitu:
Pertama, daftar naskah kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang telah memenuhi standard peraturan-peraturan tertentu, yang diterima oleh gereja sebagai kitab kanonik yang diakui diinspirasikan oleh Allah. Kedua Kumpulan kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang diterima sebagai Firman Tuhan yang tertulis, yang berotoritas penuh (menjadi patokan= Gal. 6:16) bagi iman dan kehidupan manusia.

Sifatnya membuktikan keotentikannya
           Kitab-kitab PL sama dengan Kitab-kitab PB, yakni dilhamkan oleh Allah. ILHAM, PENGILHAMAN. Tapi Roh Kudus bekerja dalam hati umat Allah, sehingga mereka menerima Kitab-kitab itu sebagai Firman Allah, dan menundukkan diri kepada wibawa ilahinya. Pemeliharaan Allah secara khusus meliputi baik asal usul masing-masing kitab maupun pengumpulannya, oleh pemeliharaan Allah secara khusus inilah maka bilangan-bilangan Kitab PL seperti yang ada sekarang ini, tidak lebih dan tidak kurang.
           Inilah kebenaran asasi mengenai Kanon PL dan asal usulnya. Dan apa yang telah dikatakan di atas mengandung gagasan, bahwa Allah menyediakan Kanon, Ia memakai manusia sebagai alat-Nya; perbuatan- perbuatan dan pemikiran-pemikiran manusia turut berperan dalam seluruh proses ini. Karena itu timbul persoalan. Apakah yang kita ketahui mengenai perbuatan-perbuatan dan penalaran manusia itu? Sejak kapan Kanon ini atau bagian-bagiannya diakui kanonik? Bagaimana cara pengumpulan Kitab-kitab kudus itu? Pengaruh siapa yang berperan dan menentukan dalam tahapan-tahapan perkembangannya yang bermacam-macam?
           Data-data berikut perlu guna menjawab persoalan-persoalan itu. Tapi baiklah di perhatikan, bahwa data-data itu sedikit sekali, justru tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti berdasarkan data itu. Penelitian historis hanya menunjukkan sedikit peranan sinode-sinode atau lembaga-lembaga berwenang mengenai rumusan Kanon PL. Hal ini dapat dimaklumi, sebab tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti berdasarkan data itu. Penelitian historis hanya menunjukkan sedikit peranan sinode-sinode atau lembaga-lembaga berwenang mengenai rumusan Kanon PL. Hal ini dapat di maklumi, sebab itu diperlukan badan atau lembaga berwibawa seperti itu yang harus mendapat peranan besar dalam perumusannya. Alkitab memiliki wibawanya bukan dari pernyataan- pernyataan gerejawi, juga bukan dari wibawa manusia apa pun.
           Alkitab bersifat autopistos, 'membuktikan sendiri keotentikannya' dengan menyinarkan sendiri wibawa ilahinya. Karena kesaksian Roh Kudus maka orang dimampukan menjadi cakap menangkap terang ini. Seperti dikatakan oleh Confessio Belgica (Pengakuan Iman Gereja-gereja di Nederland), art 5, 'Kita percaya tanpa sedikit meragukan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya; bukan karena gereja menerimanya dan menganggapnya demikian, tapi khususnya Roh Kudus memberi kesaksian di dalam hati kita, bahwa kitab-kitab itu datangnya dari Allah'(bdn Westminster Confession, I, 4, 5). Konsili-konsili gereja dan badan- badan yang berwibawa lainnya telah mengambil kesimpulan mengenai kanon itu, dan pertimbangan-pertimbangan ini memang mempunyai fungsi penting dalam menjadikan Kanon itu diakui. Tapi bukan suatu konsili gereja, juga bukan wibawa manusia apa pun yang lain, yang membuat Kitab-kitab dari Alkitab itu menjadi Kanon atau yang memberikan wibawa ilahi kepadanya. Kitab-kitab itu pada dirinya memiliki sendiri dan menggunakan sendiri wibawa ilahinya sebelum badan-badan seperti itu membuat pernyataan mereka; wibawa kitab-kitab itu diakui dikelompok besar ataupun kelompok kecil. Konsili-konsili gerejawi tidak memberikan wibawa ilahi kepada Kitab-kitab itu, tapi mereka justru beroleh dan mengakui bahwa Kitab-kitab itu memiliki wibawa dan menggunakannya.


Inspirasi Alkitab[3]
            Inspirasi berarti proses dimana Allah campur-tangan terhadap para penulis Alkitab melalui pekerjaan Roh Kudus atas diri penulis, sehingga apa yang mereka tulis merupakan kata-kata asli mereka, tetapi sekaligus juga merupakan catatan yang akurat dari wahyu Allah yang tidak mengandung kesalahan. Bukan seperti seorang sekretaris yang secara mekanis didikte oleh atasannya untuk mengetik surat, tapi dengan berbagai cara yang Allah gunakan untuk memberikan Firman-Nya kepada manusia (2 Tim 3:16; 2 Pet 1:20-21).
            Dalam 2 Tim 3:16 tertulis: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
            Dalam bahasa Inggris: "All Scripture is God breathed and is useful for teaching,.."  Kata God breathed di sini berarti sebagai 'penghembusan' (peniupan nafas) Ilahi kepada seorang manusia melalui Roh Kudus, yang mengakibatkan seorang tersebut berbicara atau menulis dengan kualitas, penglihatan, ketetapan dan otoritas yang tidak mungkin ada dalam kalimat atau tulisan orang lain yang tidak digerakkan Roh Kudus. Di sini Allah menafaskan Firman-Nya. Dengan demikian, maka pengarang Alkitab itu Allah sendiri. Alkitab bukan berisi Firman Allah, melainkan Alkitab sendiri adalah Firman Allah.Jadi meskipun Alkitab dituliskan oleh tangan-tangan manusia biasa, tetapi sumber tertinggi adalah Allah sendiri (2 Pet 1:21). Para penulis itu digerakkan oleh inisiatif Roh Kudus, mereka tidak sanggup menolak gerakan Allah untuk berkata-kata dan menuliskan Firman-Nya (Yer 20:9; Am 3:8).
            Walaupun Allah mengontrol penulisnya, sehingga apa yang ditulis mereka hanyalah apa yang dikehendaki-Nya, para penulis tetap menggunakan pikiran dan kepribadian mereka sendiri selama proses penulisan tersebut. Hal ini begitu jelas terlihat dalam perbedaan gaya tulisan dan pendekatan yang digunakan masing-masing penulis tersebut. Melalui keunikan pribadi penulis tersebut, Allah tetap dapat menyampaikan Firman-Nya. Dengan demikian wajar bila di dalam Alkitab termuat hal-hal yang cukup membuat para intelektual terpesona dan kagum, tetapi orang-orang biasa pun tetap dapat membaca dan memahaminya, dan bila dibaca dengan hati yang hormat pada Allah, mereka akan menemukan Allah sendiri di dalamnya.
            Ketika kita membaca bagian-bagian Alkitab, kita tidak boleh melepaskan bagian tersebut dari konteksnya. Kita harus mencari apa yang ingin Allah ajarkan pada bagian-bagian tersebut. Alkitab bahkan tidak menutup-nutupi dosa para tokoh yang dipakai Allah, misalnya: Daud yang berzinah dengan Betsyeba dan membunuh Uria (2 Sam 11), Yunus yang melarikan diri dari tugas yang diberikan Allah (Yun 1:1-3). Hal-hal ini menunjukkan kejujuran Alkitab.

Inti berita yang Alkitab sampaikan adalah:
a)      Manusia diciptakan segambar dengan Allah untuk tujuan yang mulia (Kej 1:26-28; Yoh 10:10; Ef 2:10)
b)      Manusia jatuh ke dalam dosa karena telah melanggar Firman Allah dan akibatnya adalah: kematian rohani, manusia terputus hubungan dari Allah, dan akhirnya manusia akan mengalami maut, kematian kekal. Namun Allah telah menjanjikan anugerah keselamatan (Kej 3; Rom 3:23; Rom 6:23)
c)      Karena kasih-Nya, Allah telah memberikan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk mati menebus manusia yang mau percaya kepada-Nya, dan bangkit untuk menyediakan tempat bagi mereka (Rom 8:1)
d)     Kristus akan datang lagi di akhir zaman, sebagai Hakim Agung atas dunia ini.

Tanda-tanda kanonitas meliputi:
a)      Kitab tersebut ditulis atau disahkan oleh para nabi/rasul.
b)      Kitab tersebut diakui otoritasnya di kalangan gereja mula-mula.
c)      Kitab tersebut mengajarkan hal yang selaras dengan kitab-kitab lainnya yang jelas termasuk dalam kanon.

Kanon Perjanjian Lama (PL)
            Diawali oleh tulisan Musa, koleksi kanon PL yang mayoritas dalam bahasa Ibrani secara progresif akhirnya terbentuk sejak sekitar tahun 400 SM.[4]
a)      Loh batu yang berisi 10 hukum ditaruh dalam Tabut Perjanjian (Kel 40:20). Loh batu tersebut masih dalam tabut ketika Salomo membawa tabut tersebut ke dalam Bait Allah yang baru saja didirikan (1 Raj 8:9).
b)      Kitab Taurat yang ditulis oleh Musa ditaruh di samping tabut Tuhan sebagai saksi atas kesalahan Israel (Ul 31:24-26; Kel 24:7).
c)      Yosua menulis sebuah kitab yang melanjutkan kitab Taurat (Yos 24:26).
d)     Samuel menulis sebuah kitab, lalu ditaruh di hadapan Tuhan (1 Sam 10:25).
e)      Allah menggerakan orang lain untuk melanjutkan mencatat, misalnya: Kisah Daud oleh Nathan dan Gad (1 Taw 29:29), Kisah Salomo oleh: Nathan, Ahia, Ido (2 Taw 9:29)
f)       Banyak mazmur yang ditulis oleh Daud, dan kitab nabi-nabi yang memakai nama nabi-nabi tersebut.
g)      Dalam Yeremia 36:1-32 menceritakan Yeremia setelah bernubuat selama 23 tahun, baru diperintahkan Allah untuk menuliskannya. Setelah ditulis, kemudian dibacakan di hadapan raja Yoyakim. Tetapi raja membakar gulungan tulisan tersebut. Kemudian Allah menggerakkan Yeremia untuk menulis lagi dan memberikan Yeremia banyak berita lagi. Dalam Yeremia 36:25 ditulis ada orang-orang yang memohon supaya raja jangan membakar gulungan tulisan tersebut. Ini menunjukkan bahwa mereka percaya gulungan tulisan tersebut adalah Firman Allah.
h)      Ketika Israel ditawan ke Babilonia, mereka membawa serta kitab Taurat. Sebab Ezra menyelidiki Taurat di Babilonia dan membawa Taurat tersebut kembali ke Yerusalem (Ezra 7:6,14; Nehemia 8:1-2). Yang dimaksudkan Taurat (the Book of the Law) di sini diperkirakan adalah seluruh kitab PL yang telah ditulis saat itu.
i)        Diperkirakan Ezra yang mengumpulkan semua kitab nabi-nabi paling akhir dalam PL dan menyatukannya menjadi kanon yang paling lengkap pada tahun 400 SM.
j)        Sekitar tahun 200 SM (sekitar 280-150 SM), PL diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta. Penterjemahan ini dilakukan di Mesir. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang tinggal di Mesir. Fakta bahwa pada waktu itu PL telah diterjemahkan, berarti bahwa kanon PL telah lengkap dan semua kitab itu diterima sebagai Alkitab.

Pembagian Kitab dalam Perjanjian Lama sesuai Kanon:
Taurat. Terdiri dari lima kitab: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan. Disebut juga Kitab Pentateukh (artinya lima volume). Penulisnya adalah Musa. Kitab Kejadian membicarakan permulaan dari segala sesuatu. Keempat kitab yang lain membicarakan hal permulaan bangsa Israel, sebuah bangsa yang dipilih Allah untuk menyatakan karya keselamatan-Nya bagi seluruh dunia.
Sejarah. Terdiri dari 12 kitab: Yosua, Hakim-hakim, Ruth, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan Ester. Membicarakan tentang jatuh bangunnya bangsa Israel selama kurun waktu sekitar 1000 tahun:
a)      Israel menduduki Kanaan.
b)      Kebimbangan Israel di masa hakim-hakim.
c)      Kebangkitan Israel di masa Saul, Daud dan Salomo.
d)     Kerajaan Israel yang terpecah setelah Salomo wafat: Kerajaan Utara, runtuh tahun 722 SM; dan Kerajaan Yehuda, runtuh sekitar seabad setelah itu. Tiga kitab terakhir (Ezra, Nehemia, dan Ester) mencatat sejarah kaum Israel yang tersisa setelah masa pembuangan di Babilonia.
Nyanyian. Terdiri dari lima kitab: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Mereka disebut kitab nyanyian/puisi karena bentuk tulisannya memang demikian. Ciri khusus kitab puisi Ibrani adalah 'sense rhythm' atau pengulangan gagasan.

Nubuatan. Terdiri dari:
a)      Lima kitab nabi besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel dan Daniel.
b)      12 kitab nabi kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakaria dan Maleakhi.
            Para nabi ini muncul untuk menyuarakan Firman Tuhan, khususnya di masa pemberontakan, masa kemunduran dan jatuhnya kerajaan Israel dan Yehuda. Para nabi menyatakan tentang penghakiman dan pemulihan bagi dua kerajaan tersebut (Kerajaan Utara dan Yehuda).Setelah Kitab Maleakhi, di antara PL dan PB (Perjanjian Baru), menjelang kelahiran Kristus, ada masa saat “Allah diam” (tidak ada inspirasi) selama 400 tahun.

Alkitab (PL dan PB) sebagai Firman Allah
            Alkitab adalah Firman Allah, oleh karena itu Alkitab memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab manapun:
Berkuasa. Alkitab berkuasa dan memiliki wibawa tertinggi bagi kehidupan manusia. Alkitab menyatakan apa yang benar dan salah secara mutlak, sehingga manusia wajib mempercayai dan mengikutinya.
Cukup. Alkitab cukup untuk menyatakan kehendak Allah kepada manusia sesuai dengan yang Allah nyatakan. Alkitab tidak perlu ditambah atau dikurangi. Tidak ada kitab lain yang memiliki nilai otoritas dan kuasa yang setara dengan Alkitab. Tidak ada ayat di dalam Alkitab yang boleh dibuang dan dinyatakan tidak berlaku sampai akhir dunia ini.
Tidak bisa khilaf (infallible). Karena Alkitab merupakan Firman Allah yang dituliskan melalui pengilhaman Roh Kudus, maka Alkitab tidak bersalah sedikit pun (tidak mungkin menyesatkan/khilaf) dalam maksud dan ajarannya.
Tidak bisa salah (inerrancy). Alkitab tidak bisa salah karena bukan produk manusia. Alkitab diilhamkan oleh Allah yang Maha Benar sendiri dan Roh Kudus turut berperan dalam penulisannya. Karena itu Alkitab tidak bisa salah dalam ajaran, maksud dan juga kalimat-kalimatnya (baik secara geografis, historis, maupun teologis). Pemahaman ini khususnya menunjuk pada setiap huruf pada naskah asli Alkitab, yang tidak bersalah hingga detil terkecil.












Susunan Kanon Ibrani dan Kanon Yunani

Kanon Ibrani = Susunan Alkitab Bahasa Ibrani
Kanon Yunani = Susunan Alkitab Bahasa Indonesia
1. Taurat (tora)

1.       (1) Kejadian (2) Keluaran (3) Imamat (4) Bilangan (5) Ulangan
1. Taurat

(1) Kejadian (2) Keluaran (3) Imamat  (4) Bilangan (5) Ulangan
2. Nabi-nabi (nevi'im)
a) Nabi-nabi yg terdahulu
(6) Yosua  (7) Hakim-hakim (8) Samuel (9) Raja-raja
2. Sejarah
a) Sejarah yg pertama
(6)Yosua (7) Hakim-hakim (8) Rut   (9) 1 Samuel (10) 2 Samuel (11) 1 Raja-raja (12) 2 Raja-raja

b) Nabi-nabi yg kemudian
(10) Yesaya  (11) Yeremia (12) Yehezkiel  (13) 12 nabi

b) Sejarah yg kedua
(13) 1 Taw   (14) 2 Taw (15) Ezra  (16) Nehemia (17) Ester
3. Kitab-kitab (ketuvim)

(14) Mazmur  (15) Amsal. (16) Ayub  (17) Kidung Agung (18) Rut  (19) Ratapan (20) Pengkhotbah  (21) Ester (22) Daniel  (23) Ezra-Nehemia (24) Tawarikh
3. Sastra

(18) Ayub  (19) Mazmur (20) Amsal  (21) Pengkhotbah (22) Kidung Agung

4. Nubuat
a) Nabi-nabi besar
(23) Yesaya  (24) Yeremia (25) Ratapan  (26) Yehezkiel (27) Daniel 

b) Nabi-nabi kecil
(28) Hosea (29) Yoel (30)  Amos (31) Obaja (32) Yunus  (33) Mikha (34) Nahum  (35) Habakuk (36) Zefanya  (37) Hagai (38) Zakharia  (39) Maleakhi

















[1] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama : Pembentukan Kitab-kitab Perjanjian Lama, (Malang, Gandum Mas, 1991), hal. 19
[2] Kata Yunani kanon, berasal dari bahasa Semit (bnd Ibrani qaneh, Yeh. 40:3 dst). Pada mulanya berarti alat pengukur, kemudian dalam arti kiasan berarti 'peraturan'.  Lihat J.D. Douglas, Ed., Ensiklopedi Alkitab Masa  Kini,  Jilid A-L: Kanon Perjanjian Lama, (Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), hal. 510.
[3] Suzianty Herawati, sumber-sumber yang digunakan adalah: a) Trivena Ambarsari, Bibliologi - Doktrin Alkitab,  Momentum. b) Miriam Santoso S. Th, Bibliologi-Pengantar Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. c)  J. Wesley Brill,  Dasar Yang Teguh , (Bandung, Kalam Hidup).
[4] Perjanjian Lama disusun selama periode seribu tahun lebih yang kira-kira dimulai sekitar pertengahan milenium kedua sampai ke pertengahan milenium pertama SM. Walaupun Perjanjian Baru menguraikan bahwa Allah adalah pengarang Perjanjian Lama dengan ilham Roh Kudus (2Timotius 3:16), paling tidak empat puluh orang telah disebut sebagai penulisnya. Teks Perjanjian Lama semula dicatat dalam dua bahasa, bahasa Ibrani klasik atau alkitabiah dan bahasa kerajaan Aram (Kejadian 31:47; Yeremia 10:11; Ezra 4:8 - 6:18; 7:12-26 saja). Di antara para penulis kuno itu terdapat tokoh-tokoh Alkitab yang terkenal seperti Musa, Daud, dan Salomo. Penulis-penulis yang kurang dikenal termasuk wanita-wanita Ibrani seperti Debora (bandingkan Hak. 5:1) dan Miriam (bd. Keluaran 15:20-21) serta orang bukan Ibrani seperti Agur dan Lemuel (bd. Amsal 30:1; 31:1). Perjanjian Lama terdiri atas empat gaya atau jenis sastra dasar, termasuk hukum, kisah sejarah, syair, dan perkataan nubuat. (Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama:Pembentukan Kitab-kitab Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 1991, hal. 19.)

Mengapa Belajar Perjanjian Lama?



1.1. Mengapa belajar Perjanjian Lama[1]?
           Umat Kristen pada umumnya dapat menerima Alkitab Perjanjian Baru (PB) dengan mudah karena Alkitab PB adalah dokumen yang memberi kesaksian tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan dan pengajaran Kristus yang penuh kuasa serta sejarah pendirian gereja- Nya. Tetapi, bagaimana dengan Perjanjian Lama (PL)? Sering umat Kristen bertanya, apakah gunanya mempelajari kitab-kitab PL? Bukankah PL lebih banyak berbicara tentang cerita usang dari sejarah bangsa Yahudi (Israel) dan tentang raja-raja dan nabi-nabi dan tokoh-tokoh yang tidak ada hubungan langsung dengan kita sekarang? Dapatkah kita menerima keseluruhan PL sebagai Firman Allah yang berotoritas mutlak dalam hidup kita?
           Pertanyan-pertanyaan di atas sangat penting untuk dijawab. Pelajaran pertama dari Pengantar Perjanjian Lama (PPL) ini akan menolong kita untuk melihat PL dari sudut pandang keseluruhan kebenaran Alkitab supaya kita dapat melihat dengan jelas relevansinya bagi kehidupan Kristen kita sekarang.
Marilah kita mulai dengan menjawab pertanyaan, mengapa penting mempelajari Perjanjian Lama?

a. Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah
           Cara Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia adalah dengan memberikan Penyataan Umum dan Penyataan Khusus, yaitu melalui alam, sejarah, hati nurani manusia dan juga melalui Firman dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam Penyataan-penyataan inilah Allah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya kepada manusia (Rom 1:19-20; Yes. 52:10).
           Dalam Perjanjian Lama, Allah memakai hamba-hamba-Nya, dengan latar belakang satu bangsa, yaitu bangsa Israel, untuk menjadi sarana dalam menyampaikan Penyataan-penyataan rencana-Nya kepada manusia (Yes 49:6). Oleh karena itu sejarah lahirnya bangsa Israel dan bagaimana Allah menyertai, menghukum dan memberkati bangsa ini (yang kita pelajari melalui kitab-kitab PL) seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan iman Kristen. Karena melalui sejarah bangsa ini Allah sebenarnya sedang memberitahukan kepada manusia tentang Diri-Nya; siapakah Dia dan apakah rencana- Nya bagi umat manusia, termasuk rencana-Nya bagi kita yang hidup sekarang. Dengan mempelajari PL, maka kita akan melihat bagaimana Allah secara progresif menyatakan Diri-Nya untuk dikenal; pertama melalui bangsa pilihan-Nya (Israel), lalu selanjutnya melalui orang- orang yang dipilih-Nya pada masa Perjanjian Baru (Rom 1:16).

b. Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah
           Di balik cerita sejarah bangsa Israel, PL juga menjadi bukti penting akan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta yang diciptakan- Nya, termasuk di dalamnya manusia. Dialah yang mengawasi sejarah dan yang akan menyelesaikan rencana-Nya tepat pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya (Fil 1:6). Dia juga yang memilih hamba-hamba-Nya sesuai dengan kedaulatan-Nya untuk melaksanakan rencana kekal-Nya. Di sini sekaligus PL juga menjadi bukti penyataan progresif akan kesetiaan Allah (Yes. 25:1). Allah turut bekerja dalam sejarah, termasuk ketika Israel tidak taat, tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya (Rom 3:3). Oleh karena itu kitab-kitab PB tidak mungkin dilepaskan dari PL; Allah PB adalah juga Allah PL yang setia melaksanakan rencana kedaulatan-Nya (keselamatan) bagi umat pilihan- Nya.

c. Perjanjian Lama adalah Firman Allah
           Mengakui bahwa PL adalah Firman Allah adalah bagian yang penting dari iman Kristen, karena apabila kita mengakui otoritasnya maka berarti kita bersedia tunduk pada otoritas tsb. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana kita tahu dan yakin bahwa kitab- kitab PL adalah Firman Allah yang berotoritas? Berikut ini adalah beberapa bukti bahwa PL adalah Firman Allah.

Bukti dari dalam Alkitab sendiri:
*) Yesus mengakui otoritas PL Selama Yesus hidup di dunia Ia mengakui otoritas PL secara penuh. Hal ini terbukti jelas dalam kitab-kitab Injil bagaimana Yesus selalu mengutip PL untuk menunjukkan dasar otoritas dan pengajaran-Nya. Misalnya pada waktu Ia dicobai (Matius 4:1-11). Juga ketika Yesus harus mengklaim kedudukan-Nya sebagai Anak Allah (Yohanes 10:31-36). Sikap Yesus yang menjunjung tinggi PL cukup menjadi bukti bahwa PL memiliki otoritas sebagai Firman Allah.
*) Para Rasul mengakui otoritas PL Diantara para Rasul tidak ada bukti satupun yang
    memperlihatkan bahwa mereka tidak mempercayai PL sebagai inspirasi dari Allah. Di
    antara para rasul, Paulus adalah yang paling jelas memberikan pengakuan secara penuh
    akan otoritas PL. 2 Tim. 3:16, "tulisan" yang dimaksud pada waktu itu adalah tulisan
    dari kitab-kitab PL.
*) Para penulis Alkitab mengakui otoritas PL Pola pengakuan otoritas PL juga dijumpai
    pada penulis-penulis PB lain, seperti Yakobus atau penulis kitab Ibrani. Mereka melihat
    PL bukan sebagai rangkaian sejarah dan peraturan yang mati, tetapi merupakan kisah
    yang hidup tentang karya Allah yang menyelamatkan manusia (Yak 1:22-23; Ibr. 4:12).

Bukti dari luar Alkitab:
*) Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima pengakuan akan otoritas PL melalui
    pengkanonan Alkitab. Dinyatakan bahwa masing-masing Kitab PL menunjukkan sifat 
    yang tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman ilahi.
*) Allahlah yang memberi inspirasi kepada para penulis PL. Itulah sebabnya sekalipun
    para penulis PL hidup pada zaman dan latar belakang yang berbeda, berita yang mereka
    sampaikan tidak ada yang saling bertentangan, malah sebaliknya memberikan satu
    benang merah berita yang menunjuk pada karya keselamatan Allah.
*) Secara praktis terbukti bahwa kitab-kitab PL telah menjadi standard kebenaran dan
    memberikan manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia, karena Allahlah
    yang ada di balik penulisan itu.

d. Perjanjian Lama berisi Nubuatan bagi Perjanjian Baru
           Kitab-kitab dalam PL banyak menunjuk pada nubuatan-nubuatan yang akhirnya digenapi pada masa PB (Mat. 9:31; Luk 24:44; Rom 10:4). Keseluruhan dan kelengkapan berita keselamatan harus dimulai dari PL dan diakhiri dengan PB; sehingga jelas keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu PL harus dipelajari sebagai sumber dan landasan untuk mengerti penggenapan rencana agung Allah.
Kitab-kitab dalam PL juga penuh dengan tipologi-tipologi yang kalau dipelajari akan menolong pembaca kitab-kitab PB untuk mengerti lebih jelas KEUTUHAN KESELURUHAN KEBENARAN Alkitab.



[1] David L. Baker, Mari Mengenal.... Perjaniian Lama, (Jakarta, PT . BPK Gunung Mulia, 2004), hal. 13-14 (edisi baru) :
a) Perjanjian Lama merupakan Alkitab Tuhan Yesus
·         Yesus mengenal sejarah Perjanjian Lama (Mis. Yoh 3:14; bnd Bil 21:4-9);
·         Yesus mendasarkan pengajaran-Nya pada Perjanjian Lama (lihat Mat 5:17; bnd. Mark 11:17);
·         Yesus menggunakan Perjanjian Lama untuk menentang Iblis (lihat Mat 4:1-11);
·         Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam diri-Nya (mis. Luk 4:16-21; Yoh 15:25).
b) Perjanjian Lama sering dikutip oleh penulis Perjanjian Baru. Ada kurang 2650 kutipan dari Perjanjian Lama di dalam Perjaniian Baru, yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung dan 2300 kutipan tidak langsung serta persamaan bahasa.
c) Perjanjian Lama merupakan dasar untuk memahami Perjanjian Baru, antara lain:
·         dari segi bahasa (bahasa Yunani dalam Perjanjian Baru banyak dipengaruhi oleh bahasa Perjanjian Lama);
·         dari segi sejarah ( sejarah Perjanjian Lama dilanjutkan oleh sejarah Perjanjian Baru);
·         dari segi teologi (tema-tema teologi Perjanjian Lama, seperti penciptaan, dosa, hukuman, pertobatan, korban, keselamatan, dsb. Menjadi dasar teologi Perjanjian Baru).
d) Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan Firman Allah. Allah berbicara (berfirman) melalui Perjanjian Lama, sebagaimana juga melalui Perjanjian Baru, untuk menyatakan kasih-Nya dan menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia.